Teori akuntansi dan perumusannya

       Tugas Kelompok                                                     Dosen Pembimbing 

      Teori Akuntansi                                                  Andri  Novius,SE,Msi.Ak

 

 

Teori Akuntansi dan Perumusannya

 

Disusun oleh :

Kelompok  3

HAYATI NUR AMSAL

RATNA SARI

RETNI NOVIASARI

SRI SULASTRI

 

 

 

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF QASIM

2012

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami ucapkan atas  kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Teori Akuntansi, yaitu makalah dengan judul “Teori Akuntansi dan Perumusannya ”.

Selanjutnya kami juga mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Andri Novius, SE, Msi, Ak sebagai dosen mata kuliah Teori Akuntansi.
  2. Kepada  Orang Tua kami yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil
  3. Teman – teman yang telah memberikan dukungan.

Menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan, Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. 

 

 

Pekanbaru, Maret  2012

 

 Penulis

 

 

 

 

 

                                                                                                                                               

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………… 3

BAB I : PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………………………… 4
  2. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………….. 4

BAB II : PEMBAHASAN

  1. Teori Akuntansi ………………………………………………………………………………………….. 5
  2. Sifat Teori Akuntansi……………………………………………………………………………………. 6
  3. Tujuan dan Fungsi Teori Akuntansi………………………………………………………………… 7
  4. Pembuatan Kebijakan  Teori Akuntansi………………………………………………………….. 8
  5. Metode Perumusan  Teori Akuntansi……………………………………………………………… 10
  6. Periodesasi  Teori Akuntansi…………………………………………………………………………. 10
  7. Pendekatan Penyusunan Teori Akuntansi……………………………………………………….. 12

BAB III : PENUTUP

  1. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………… 17       

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………… 18

 

 

 

                                                                                                                                                           

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM – 1300 M, Tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 Msampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi..

Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi dalam pengambilan keputusan

Teori akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset akuntansi. Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi pembuatan kebijakan, kantor akuntan publik, dan sektor industri swasta yang ikut berperan penting dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan pernyataan dan ketetapan yang di hasilkan oleh organisasi  pembuat kebijakan akan di interprestasikan dan di terapkan dalam praktek pada tingkat organisasi.

B. Tujuan

Teori akuntansi memberikan seperangkat prinsif yang logis, saling terkait, yang menbentuk kerangka umum, dan dapat dipakai sebagi acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi. Yang berfungsi Sebagi pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi, Memberi kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar resminya, Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan, Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan dan Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktek akuntansi.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    Teori Akuntansi

Pada awal di praktekkannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal, maka yang terjadi adalah banyaknya alternative metode pencatatan yang berlaku dalam praktek sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan yang sistematis, fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena emfiris, yang diambil dari berbagai riset, dan sampai pada suatu kesimpulan  yang bersifat  universal, logis, konsisten, prediksi, dan objektif.( Hery : 2009 )

  1. Menurut  Vernon kam ( 1986 ) teori adalah suatu system yang menyeluruh, dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsif atau standar,dan prosedur atau metode.
  2. Menurut Kenneth S.most ( 1982 ) teori adalah suatu pernyataan yang sistematis mengenai prinsif yang mendasar seperangkat fenomena.

Jadi teori akuntansi adalah cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan yang sistematis tentang prinsif dan metode yang membedakannya dengan praktek. Berbagai pengertian teori akuntansi :

Soewardjono mengemukakan, sebenarnya banyak pengertian yang dapat di lekatkan pada kata teori dari akuntansi ( winwin yadiati : 2007 ). Beberapa pendapatannya :

1)      Teori sebagai lawan praktek, biasanya teori dalam pengertian ini di ibarat kan dengan apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan senyatanya. Teori dianggap sebagai desain dan praktik dianggap sebagai desollen. Teori akuntansi sering diartikan sebagai seperangkat konsep – konsep yang membahas tentang bagaimana seharusnya praktik akuntansi berjalan.

2)      Teori sebagai penjelasan ilmiah, merupakan pernyataan tentang hubungan antara variabel – variabel alam atau sosial yang dapat di gunakan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala – gejala alam atau sosial.

3)      Teori sebagai penalaran logis yang melandasi praktik dalam dunia nyata. Teori ini berusaha untuk memberikan justifikasi terhadap praktik agar praktik dapat di pertanggung jawabkan kelayakannya.

 

Teori memiliki tiga dimensi yaitu :

a)      Reductionism ( pengurangan )

Teori ini dimulai dari asumsi – asumsi dimana tidak langsung menunjukkan objek yang di observasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat di uji kebenarannya.tetapi teori ini merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.

b)      Instrumentalism ( instrument )

Teori ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan tentang hasil dari suatu observasi.teori ini berperan untuk menjelaskan dan memprediksikan.

c)      Realism ( nyata )

Teori ini merupakan sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan kebenaran atau tidak kebenaran tentang dunia nyata,fenomena,atau suatu objek.

  1. B.     Sifat Teori Akuntansi

Menurut Dr. Winwin Yadiati, SE, M.Si, Ak (2007) sifat teori akuntansi yaitu lebih bersifat deskriptif (positif), yaitu menjelaskan dan meramalkan variable-variabel yang diteorikan apa adanya dan preskriptif (normatif), yaitu menjelaska apa yang seharusnya atau menggambarkan variable sesuai dengan aturan tertentu dan bagaimana seharusnya.

Teori akuntansi memiliki beberapa sifat, diantaranya yaitu :

    1. merupakan seperangkat prinsip yang logis, saling terkait dan membentuk kerangka umum
    2. berkaitan erat dengan penyusunan kebijakan akuntansi
    3. harus mencakup semua literatur akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain
    4. harus dapat memberikan penjelasan mengenai praktik akuntansi, menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatarbelakangi penerapan suatu metode dalam praktik akuntansi.
    5. harus dapat menjelaskan mengapa perusahaan lebih cenderung menggunakan metode LiFO dartipada FIFO dalam menilai persediaannya
    6. harus bisa memprediksi atau bahkan menemukan gejala akuntansi yang belum diketahui
    7. sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi

 

  1. C.    Tujuan dan fungsi Teori akuntansi
    1.  Tujuan  teori akuntansi

Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsif yang logis, saling terkait, yang menbentuk kerangka umum, dan dapat dipakai sebagi acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi.

  1.  Fungsi teori akuntansi

Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut :

a)      Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun standarnya.

b)      Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.

c)      Menentukan batas dalam hal melakukan “judgement” dalam penyusunan laporan keuangan.

d)     Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

e)      Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut :

a)      Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktek akuntansi.

b)       Memberikan pedoman terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang baru

Fungsi teori akuntansi ( hery : 2009: 124 ) adalah :

  1. Sebagi pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi
  2. Member kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar resminya.
  3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan.
  4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
  5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktek akuntansi.

Menurut financial accounting standars board ( FASB ), teori dalam akuntansi di perlukan untuk :

1)      Mengarahkan badan penyusun standar dalam menetapkan standar akuntansi.

2)      Memberikan landasan konseptual untuk memecahkan masalah perlakuan akuntansi tertentu bila belum ada standar yang mengaturnya.

3)      Member batas keleluasaan dalam menyusun laporan keuangan

4)      Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai terhadap arti penting laporan keuangan.

5)      Meningkatkan daya banding laporan keuangan.

 

  1. D.    Pembuatan Kebijakan Akuntansi

Pembuat kebijakan akuntansi ada 5 yaitu :

  1. Kantor akuntan publik atau KAP dan individu

KAP dan individu bertanggung jawab untuk menyatakan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan disajika secara wajar atas seluruh aktifitasnya.

 

  1. American institute of ciertified public accountants (AICPA)

AICPA merupakan organisasi profesi yang mengkoordinasi para akuntan public bersertifikat yang ada di Amerika Serikat. Lembaga ini memiliki dua komite tekhnis senior yang mempunyai peran penting, yaitu accounting standards executive committee (AcSec) dan auditing standards committee (AuSec) yang berwenang untuk mewakili AICPA dalam menanggapi masalah akuntansi serta masalah pengauditan.

  1. The American Accounting Assocition (AAA)

AAA merupakan organisasi untuk para akuntan dari bidang akademik muapun individu yang tertarik dengan perbaikan praktik dan teori akuntansi. AAA berfungsi sebagai suatu forum akademik yang mengungkapkan berbagai pandangan isu dan topik akuntansi.

  1. The financial Accounting standard board (FASB)

FASB menggantiakan APB pada tahun 1973 sebagai badan yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar-standar akuntansi. FASB merupakan badan yang bersifat otoritatif denagn tugas menetapkan dan meningkatkan standar laporan akuntansi keuangan sehingga standar tersebut menaruh perhatian utama pada pencatatan informasi tentang kejadian ekonomi dan transaksi melalui cara yang berarti dalam laporan keuangan.

  1. Securities and Exchange Commission (SEC)

SEC dibentuk oleh kongres pada tahun 1934 yang bertanggung jawab menangani administrasi berbagai ketentuan yang meregulasi pasar saham dan menjamin laporan serta pengungkapan yang memadai dari setiap perusahaan di Amerika.

            Selain itu, organisasi profesi yang berperan dalam penyusunan atau pembentukan dan pengembangan standar akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia adalah ikatan akuntansi Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya organisasi profesi akuntansi di Indonesia.

            Ikatan akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang bebas dan tidak terikat pada perkumpulan apapun, didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1957, dengan Pemrakarsa yang juga menjadi pengurus IAI pertama kali adalah ketua: Soemardjo Tjitrosidojo, sekretaris: Go Tie Siem, bendahara: Basuki T. Siddharta, komisaris: Hendra Darmawan dan Tang Tong Joe

  1. E.      Metode Perumusan Teori Akuntansi

Teori akuntansi mampu merumuskan kebenaran nya, sehingga teori ini secara terus menerus harus dapat diuji dan diverifiksi. Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang dalam menentukan kebenaran atau suatu teori, yaitu:

  1. 1.      Dogmatic ( kebenaran nya )

Suatu pernyataan atau teori dapat dikatakan benar jika disampaikan oleh pihak-pihak yang memang pada dasarnya memiliki wewenang (otoritas) untuk menyampaikan kebenaran tersebut. Kebenaran atas pernyataan ini tidak perlu lagi diuji. Keyakinan pada kebenaran ini hanya berdasar pada kepercayaan, keyakinan, atau iman seseorang.

  1. 2.      Self Evidence ( bukti diri sendiri )

Kebenaran dari sutu pernyataan atu teori dibuktikan lewat pengetahuan umum, pengamatan, atau pengalaman. Disini kebenaran dari suatu pernyataan atau teori akan terbukti dengan sendirinya.

  1. 3.      Scientific ( ilmiah )

Kebenaran dari suatu pernyataan atau teori dibuktikan lewat metode ilmiah. Scientific method meliputi beberapa tahap, yaitu:

  1. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti
  2. Membuat hipotesa
  3. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk pengujian hipotesa
  4. Menganalisis dan mengevaluasi data yang terkait dengan hipotesa
  5. Menarik kesimpulan

 

  1. F.     Periodisasi Teori Akuntansi

Periodisasi teori akuntansi dapat digolongkan menjadi 4 golongan:

  1. Pre-theory period (1492-1800)

Dalam periode ini belum ada teori akuntansi yang dirumuskan, melainkan hanya sebatas pada saran-saran atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dianggap sebagai teori. Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau pernyataan yang sistematis.

  1. General scientific period (1800-1955)

Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori, namun hanya berupa penjelasan terhadap praktik akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasatkan metode empiris yang menekankan pada hasil obsevasi atas peristiwa yang terjadi secara realitas, bukan berdasarkan logika. Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Laporan AAA ”A Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific ini.

  1. Normative period (1956-1970)

Dalam periode ini perumus teori mulai mendefinisikan norma-norma atau praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih menekankan pada apa yang seharusnya. Akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti.

  1. Specific scientific period ( 1970 – sekarang )

Periode ini disebut juga sebagai era positif, dimana teori akuntansi tidak cukup hanya dengan berdasarkan pada normatif saja, tetapi juga dapat di uji kebenarannya. Perumusan atau pendefisian norma yang terjadi dalam periode sebelumnya dianggap subjektif, sehingga dapat di uji terlebih dahulu keabsahannya secaca positif. Di  tahun 1970 – an, data empiris sudah mulai banyak tersedia, demikian juga dengan tehnik – tehnik statistik yang memungkinkan untuk dilakukannya pengujian. Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif dikritik karena:

a)      Teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa.

b)      Teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.

Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menerangkan dan meramalkan praktek akuntansi.

  1. G.    Pendekatan Penyusunan Teori Akuntansi

Mengenai berbagai pendekatan dalam penyusunan teori akuntansi ini akan di uraikan pada metodologi dan berbagai pendekatan dalam perumusan teori akuntansi (Ahmad riahi – belkaoui : 2006 ) :

  1. Pendekatan nonteoretis

Pendekatan nonteoretis adalah suatu pendekatan pragmatis ( praktek ) dan pendekatan kekuasaan.

  1. Pendekatan pragmatis ( pragmatic approach )

Terdiri atas penyusunan suatu teori yang di tandai oleh kesamaan nya dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan solusi yang sifatnya praktis. Berdasarkan pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi seharusnya di pilih atas dasar kegunaan mereka bagi para pengguna informasi akuntansi dan relevansi mereka terhadap proses pengambilan keputusan. Kegunaan dan utility berarti sifat yang mencocokkan sesuatu untuk melayani atau memfasilitasi tujuan yang di maksud.

Pendekatan pradigmatis adalah bagian dari suatu teori akuntansi, yang berdasar pada realisasi dari pembukuan berganda yang dimuat dalam summa de arithmatica, geometria, proportioni et proportionalita dari luca pacioli, yang diterbitkan di venesia tahun 1494. Pendekatan pragmatis Terdiri dari penyusunan teori yang di tandai dengan penyesuaian praktek sesungguhnya yang bermamfaat untuk memberi saran solusi praktik. Teknik – teknik dan prinsif – prinsip akuntansi seharusnya di pilih atas dasar manfaat bagi pengguna informasi akuntansi dan keterkaitannya dengan proses pembuatan keputusan.

 

  1. Pendekatan kekuasaan ( authoritarian approach )

Untuk perumusan suatu teori akuntansi, yang terutama di pergunakan oleh organisasi professional, terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik – praktik akuntansi.

Kedua pendekatan ini berasumsi bahwa teori akuntansi dan  hasil tehnik akuntansi harus disebutkan dalam dasar penggunaan akhir laporan keuangan, jika akuntansi harus memiliki suatu fungsi yang berguna. Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk.

Pendekatan teori akuntansi meresionalisasikan pilihan dari teknik – teknik akuntansi yang berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan laba akuntansi.Persamaan neraca dan laba biasanya di nyatakan :

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas pemilik dan Laba Akuntansi = Pendapatan – Biaya

Dua persamaan dalam pendekatan teori akuntansi ini mengarah kepada berkembangnya dua posisi yang terdapat dalam badan penyusunan standar yaitu, posisi yang beriontasi pada neraca dan posisi yang beriontasi pada laba.

  1. Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif dalam penyusunan teori akuntansi di mulai dengan dalil – dalil dan konsep – konsep dasar kemudian di tarik kesimpulan berupa prosedur dan tehnik – tehnik akuntansi.

Pendekatan deduktif dalam penyusunan teori manapun di awali dengan dalil dasar dan diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang dipertimbangkan. Jika kita mengamsumsikan pada titik ini bahwa dalil dasar mengenai lingkungan akuntansi terdiri atas baik tujuan maupun rumus, langkah yang digunakan untuk memperoleh pendekatan deduktif akan meliputi :

  1. Menentukan tujuan dari laporan keuangan
  2. Memilih postulat dari akuntansi
  3. Menghasilkan prinsip dari akuntansi
  4. Mengembangkan teknik dari akuntansi

Semua itu berdasarkan pada suatu formula yang benar dari tujuan akuntansi. Menurut popper, pengujian teori dapat di laksanakan dalam 4 pokok :

  1. Terdapat perbandingan logis di antara masing – masing kesimpulan, dimana konsistenan internal dari system uji  
  2. Terdapat investigasi dari bentuk logis teori dengan objek untuk menentukan apakah teori memilki karakter teori empiris atau sains.
  3. Terdapat perbandingan dengan teori lain, terutama dengan sasaran untuk menentukan apakah teori itu dapat dikatakan merupakan kemajuan ilmiah jika ia dapat melewati ujian yang kita berikan
  4. Terdapat ujian dari teori dengan cara penerapan empiris dari kesimpulan yang dapat diambil dari teori.

 Pendekatan ini dilakukan dalam penyusunan struktur akuntansi di mana dirumuskan dahulu tujuan laporan keuangan, rumusan postulat, kemudian prinsip, dan akhirnya lebih khusus menyusun teknik akuntansi.

  1. Pendekatan induktif

Pendekatan yang dimulai dari pengamatan empiris untuk kemudian ditarik kesimpulan umum ( generalisasi ). Pendekatan induktif dalam penyusunan dari suatu teiri diawali dengan observasi dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan umum. Dalam penerapan akuntansi, pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan di lanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip – prinsip dari observasi berdasarkan pada hubungan yang berulang kembali. Tahap yang dilalui adalah:

1)      Mengumpulkan semua observasi.

2)      Analisis dan golongan observasi berdasarkan hubungan yang berulang-ulang dan sejenis, seragam, mirip.

3)       Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi yang menggambarkan hubungan yang berulang-ulang tadi.

4)      Kesimpulan umum diuji kebenarannya.

Tidak seperti pendekatan deduktif, dalam pendekatan induktif ini kebenaran dan kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lainnya, tetapi harus melalui pengujian empiris. Dalam pendekatan induktif kebenaran suatu dalil tergantung pada pengamatan terhadap contoh yang cukup dari hubungan kasus yang berulang-ulang dan seragam.

pendekatan induktif untuk suatu teori mencakup 4 tahap :

a)      Mencatat seluruh observasi

b)      Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang kembali

c)      Penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang menggambarkan hubungan brulang

d)     Menguji generalisasi.

 

  1. Pendekatan etis

Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep Kewajaran ( fairness ), Keadilan ( justice ), Ekuitas ( equity ), Kenyataan ( truth ). 

Pendekatan ini diperkenalkan oleh D.R. Scott. Menurut beliau kriteria yang harus digunakan dalam perumusan teori akuntansi adalah keadilan dengan memperlakukan pihak yang berkaitan secara adil. Disajikan kebenaran dalam arti laporan yang benar dan akurat tanpa mengundang salah tafsir, dan kewajaran dalam arti penyajiannya wajar, tidak bias, dan tidak sebagian-sebagian. Dalam buku lain dikenal dengan ”Pendekatan Peristiwa” (Event Approach) artinya dalam perumusan teori kita harus memperhatikan semua pihak jangan hanya memperhatikan pihak-pihak tertentu saja. Pendekatan ini mirip pendekatan etis ini. Konsep tersebut merupakan kriteria utama dari D.R.scott untuk perumusan teori akuntansi.dari criteria tersebut pendekatan kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi seperti :

a)      Kepatuhan terhadap prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum

b)      Pengungkapan

c)      Konsistensi

d)     Dapat di perbandingkan

 

  1. Pendekatan sosiologi

Pendekatan sosilogi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh sosial dari teknik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran yang lebih luas, kesejahteraan sosial.berdasarkan pendekatan sosiologi, prisip atau teknik akuntansi yang dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas.

Untuk mencapai tujuannya, pendekatan sosiologi keberadaan dari nilai sosial baku yang mungkin di gunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi.

  1. Pendekatan ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian prilaku dari indikator makroekonomi yang dihasilkan oleh adodsi dari berbagai teknik akuntansi. Hingga sebelum di bentuknya FASB, pendekatan ekonomi dan konsep dari konsekuensi ekonomi tidak banyak di pakai dalam akuntansi.

  1. Pendekatan selektif

            Secara umum, perumusan pada teori akuntansi dan pengembangan prinsip – prinsip akuntansi telah mengikuti pendekatan selektif, atau kombinasi dari berbagai pendekatan,dan bukannya hanya satu dari pendekatan yang disajikan disini. Pendekatan selektif adalah terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi. Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada pendakatan baru yang sedang diperdebatkan dalam litaratur :

a)      Pendekatan peraturan

b)      Pendekatan prilaku

c)      pendekatan kejadian, prediksi, dan positif.

 

 

BAB III

PENUTUP

            Kesimpulan

Teori akuntansi merupakan  cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan yang sistematis tentang prinsif dan metode yang membedakannya dengan praktek. Teori akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset akuntansi. Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi pembuatan kebijakan, kantor akuntan public, dan sektor industri swasta yang ikut berperan penting dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan pernyataan dan ketetapan  yang di hasilkan oleh organisasi  pembuat kebijakan akan di interprestasikan dan di terapkan dalam praktek pada tingkat organisasi. Teori akuntansi berfungsi Sebagi pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi, Memberi kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar resminya, Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan, Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan dan Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktek akuntansi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Belkaoui, Ahmad Riahi, Accounting Theory, Terjemahan Marwata,Harjanti Widiastuti, Ch. Heni Kurniawan, dan Alia Ariesanti.Thomson Learning, London, 2000

 Belkaoui, Ahmad Riahi, Accounting Theory, Terjemahan Ali Akbrar Yulianto, Risnawati Dermauli. Cangega Learning, London, 2006

Hery, Teori akuntansi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009

Yadiati, winwin, Teori akuntansi, suatu pengantar, Prenada Media group, Jakarta, 2007

 

 

 

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

laporan keuangan

Tugas Kelompok                                Dosen Pembimbing

Teori Akuntansi    Andri Novius S.E.,M.Si.,Ak

 

LAPORAN KEUANGAN

 

 

Disusun Oleh :

 

Anissa Rizky

Andri Haryadi

Nurfiah

 

 

AKUNTANSI A

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF QASIM

2012

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….. ii

 

BAB I       PENDAHULUAN……………………………………………………………………………… 1

                latar belakang……………………………………………………………………………….. 1

BAB II      PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….. 2

Pengertian Laporan Keuangan………………………………………………………… 2

tujuan laporan keuangan………………………………………………………………… 2

bentuk laporan keuangan……………………………………………………………….. 3

pengakuan dan pengukuran laporan keuangan…………………………………. 12

kerangka dasar konseptual untuk akuntansi keuangan………………………. 13

karakteristik kualitatif laporan keuangan……………………………………        14

keterbatasan dalam laporan keuangan………………………………………        16

BAB III     PENUTUP……………………………………………………………………………… …….. 18

                Kesimpulan…………………………………………………………………………………… 18

 

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………… 19

 

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam untuk Nabi Besar Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “ Laporan Keuangan “ ini disusun dalam rangka memenuhi tugas diberikan oleh dosen dan sebagai bahan pelajaran bagi penulis dan pembaca.

Penulisan  makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka perkenankanlah ucapan terima kasih dihaturkan secara khusus kepada :

  1. Andri Novius S.E.,M.Si Ak
  2. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan

 

Semoga Allah membalas semua kebaikan, bantuan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.Tak lupa penulis memohon maaf apabila terdapat kekhilafan dan kesalahan.Akhirnya, penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat terlepas dari semua kekurangannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

 

 

Pekanbaru, 02 April 2012

 

penulis

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang

Akuntansi adalah seni dari pada pencacatan,penggolongan,dan peringkasan dari pada peristiwa peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya dan dengan penunjuk  atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul dari padanya.

Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena laporan keuangan merupakan representasi keadaaan keuangan perusahaan yang akan menentukan langkah perusahaan selanjutnya.laporan keuangan yang sehat akan meyakinkan investor untuk menanamkan investasinya pada perusahaan kita.

Karena laporan keuangan adalah dasar bagi kebanyakan upaya analistis tentang suatu usaha,pertama-tama kita harus mengerti sifat,cakupan,dan batasannya sebelum kita menggunakan data dan observasi yang diturunkan dari laporan itu untuk penilaian analisis kita.Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim,mencerminkan efek keputusan yagn dibuat manajemen pada masa lalu maupun sekarang.Namun hal itu mengandung kemenduaan(ambiguity) yang besar.Laporan keuangan yang didasarkan pada prinsip akuntansi keuangan yang berusaha mencatat secara konsisten dan wajar setiap transaksi bisnis dengan menggunakan sistem biaya historis pada waktu transaksi terjadi dan prinsip penandingan pendapatan dengan biaya melalui akrual dan alokasi.prinsip prinsip ini karena sifat dasarnya membuat laporan keuangan terbuka untuk beberapa interpretasi khusunya dari segi dampak ekonomi

 

BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN KEUANGAN

  1. 1.      PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN

Akuntansi (Hery, 2009) adalah seni dari pada pencacatan,penggolongan,dan peringkasan dari pada peristiwa peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya dan dengan penunjuk  atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul dari padanya.

Dari definisi akuntansi tersebut diketahui bahwa peringkasan dalam hal ini dimaksudkan adalah pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang dapat diartikan sebagai laporan keuangan. Menurut Hery S.E., M.Si (2009) dalam bukunya “Teori Akuntansi” mengatakan bahwaLaporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

  1. 2.      TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 (Financial Accounting Standard Board/ FASB  tahun 1978) :

1)      Menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur serta pihak-pihak lain untuk pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan lainnya yang  bersamaan

2)      Menyediakan informasi guna membantu investor, creditor dan pengguna lainnya dalam menilai jumlah, ketepatan waktu dan ketidakpastian atas deviden atau bunga dari penjualan, atau dari saham atau hutang.

3)      Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomi perusahaan, klaim atas sumber-sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan mentransfer sumber pada perusahaan lain dan pemilik saham), efek transaksi, peristiwa dan hal-hal yang mengubahnya.

 

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 adalah Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan umum laporan keuangan (Mamduh dan Halim, hal. 30-33, 2005):

1)      Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan

2)      Menyediakan informasi untuk memperkirakan aliran kas untuk pemakai eksternal

3)      Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan

4)      Menyediakan informasi mengenai sumberdaya ekonomi dan klaim terhadap sumberdaya tersebut

5)      Menyediakan informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponennya

6)      Menyediakan aliran  kas

 

  1. 3.      BENTUK  LAPORAN KEUANGAN

             I.            Neraca

            Neraca(Kiesso;1999) yang kadang-kadang disebut juga laporan posisi keuangan melaporkan aktiva,kewajiban,dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu periode tertentu.Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan,kewajiban kepada kreditor,dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih

Elemen-elemen neraca dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Aktiva(Asset):

Aktiva(Hery;2009) merupakan sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan di masa mendatang. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian:

a)      Aktiva lancar

Aktiva Lancar(Hery;2009)Adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk kelompok aktiva lancar yaitu kas,Investasi jangka pendek,piutang wesel,piutang dagang,persediaan,piutang penghasilan dan biaya yang dibayar dimuka.

b)      Aktiva tidak lancar

Aktiva Tidak Lancar(Hery;2009)Adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis untuk satu kali putaran operasi perusahaan). Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah:

                                i.            Aktiva tetap(Hery;2009) adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nyata.misalnya tanah,bangunan,mesin,kendaraan.aktiva tetap selain tanah akan disusut salama jangka waktu/umur kegunaannya.

                              ii.            Aktiva tidak berwujud(Hery;2009) adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Misalnya hak cipta, merek dagang, biaya pendirian ,goodwill dan yang lainnya.

                            iii.            Aktiva lain(Hery;2009) adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan  yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaiaan, piutang jangka panjang dan sebagainya.

 

  1. Hutang(Liability)

           Hutang(Hery;2009)Adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,dimana hutang ini merupakan sumberdana atau perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang perusahaan dapat dibedakan kedalam:

                                i.           Hutang lancar (hutang jangka pendek )(Hery;2009) adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (selama satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. misalnya: hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak dan lain sebagainya.

 

                              ii.            Hutang jangka panjang(Hery;2009) adalah kewajiban keuangan dan jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) misalnya:hutang obligasi,hutang hipotik adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu,pinjaman jangka panjang yang lain.

 

  1. Modal (Equity)

      Modal(Hery;2009)Merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham) dan laba yang ditahan.

                         

Neraca dapat berbentuk sekontro dan taffel:

        i.            Akun T ( sekontro ) yaitu bentuk neraca  dengan kelompok harta dicatat di sisi kiri dan kelompok utang  serta modal disisi kanan

      ii.            Laporan  ( staffel ) yaitu bentuk neraca dengan kelompok harta dicatat paling atas diikuti kelopok utang kemudian disusul oleh modal.

Tujuan Penyusunan Neraca:

        i.            Memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang akan segera jatuh tempo lewat aktiva lancar yang dimilkinya

      ii.            Memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibanjangkapendek lewat aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan

    iii.            Mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tidak lancar

    iv.            Memprediksi jumlah kreditor atas aktiva perusahaan

      v.            Memprediksi jumlah pemilik dana/investor atas aktiva perusahaan

    vi.            Memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aktiva tetap terhadap total aktiva

  vii.            Memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva

 

 

 

 

          II.            Laporan Laba Rugi

         Laporan Laba Rugi(Hery;2009) Adalah suatu laporan keuangan yang meyajikan informasi mengenai seluruh hasil operasi ( pendapatan ) dan beban yang dikeluarkan (beban usaha ) dalam kegiatan selama suatu periode tertentu dalam rangka memperoleh laba.

Elemen-elemen Laporan Laba Rugi:

                                      i.            Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk aktiva / peningkatan lainnya atas aktiva

                                    ii.            Beban

Beban adalah aruskeluar aktiva/ penggunaan lainnya atas aktiva

                                  iii.            Keuntungan

Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas

                                  iv.            Kerugian

Kerugian adalah Penurunan dalam ekuitas

 

 

Bentuk – bentuk laporan laba rugi:

  1. Betuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi/ laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
  2. Bentuk multiple step dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

 

 

 

 

 

       III.             Laporan Perubahan Modal

            Laporan perubahan moda(Hery;2009)l adalah suatu laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama periode tertentu.

Tujuan penyusunan laporan perubahan modal:

                                            i.            Mengikhtisarkan aktivitas pembiyaan dan investasi suatu perusahaan,termasuk seberapa jauh perusahaan tersebut telah menghasilkan dana dari usaha selama periode yang bersangkutan.

                                          ii.            Melengkapi pengungkapan mengenai perubahan modal posisi keuangan selama periode tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh neraca bentuk skontro ( T ) pada perusahaan dagang:

 

COMPUTER KING

N e r a c a

31 desember 2012

 

AKTIVA

AKTIVA LANCAR:

Kas  ………………………………. ..  xxx

Wesel pitang usaha…………………     xxx

Piutang bunga…………………….. ..   xxx

Persediaan barang dagang………….. …   xxx

Perlengkapan kantor …………………..    xxx

Asuransi dibayar dimuka………………    xxx

Total aktiva lanca………………..      xxx

AKTIVA TETAP:

Tanah ………………………….. ……….  xxx

Peralatan toko………………….. xxx

Dikurangi akumulasi penyusutan .xxx xxx   

Peralatan kantor………………….xxx

Dikurangi akumulasi penyusutan…xxx xxx 

 

Total aktva………………………………         xxx

PASIVA

HUTANG LANCAR:

Utang usaha……………………       xxx

Wesel bayar (bagian lancar)……      xxx

Utang gaji………………………      xxx

Sewa diterima dimuka…………       xxx

               Total hutang lancar……………….  xxx

HUTANG JANGKA PANJANG:

Wesel bayar (jatuh tempo 2015). xxx

                 Total hutang………………….   xxx

MODAL:

Modal pat king……………………   xxx

 

 

 

Total  pasiva………………………………..    xxx

 

Sumber:  prinsip-prinsip akuntansi, C. Rollin Niswonger, CPA, Ph.D, LLD dkk: 1999

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh neraca bentuk  laporan  (staffel) perusahaan dagang:

Computer king

N e r a c a

31 besember 2012

Aktiva

  Aktiva lancar:

Kas………………………………………………………………………………  xxx

Wesel pitang usaha……………………………………………………………… xxx

Piutang bunga…………………………………………………………………….xxx

Persediaan barang dagang………………………………………………………… xxx

Perlengkapan kantor ………………………………………………………………xxx

Asuransi dibayar dimuka…………………………………………………………  xxx+

Total aktiva lancar………………………………………………………………………xxx

Properti,bangunan,dan peralatan

Tanah …………………………………………………………………………………xxx

Peralatan toko……………………………………………………………… xxx

Dikurangi akumulasi penyusutan ………………………………………xxx–   xxx

Peralatan kantor……………………………………………………………..xxx

Dikurangi akumulasi penyusutan………………………………………..xxx–   xxx+

Total property,bangunan dan peralatan…………………………………………    xxx+

Total aktva…………………………………………………………………………………… xxx

Kewajiban

Kewajiban lancar:

Utang usaha………………………………………………………………………. xxx

Wesel bayar (bagian lancar)……………………………………………………….xxx

Utang gaji………………………………………………………………………….xxx

Sewa diterima dimuka……………………………………………………………..xxx+

Total kewajiban lancar…………………………………………………………….xxx

Kewajiban jangka panjang:

Wesel bayar (jatuh tempo 2015)…………………………………………………………..xxx+

Total kewajiban……………………………………………………………………………….xxx

 Ekuitas pemilik

Modal pat king…………………………………………………………………………………xxx+

Total kewajiban dan ekuitas pemilik……………………………………………………………xxx

 

Sumber:  prinsip-prinsip akuntansi, C. Rollin Niswonger, CPA, Ph.D, LLD dkk: 1999

 

 

 

 

 

 

Cotoh laporan Rugi – Laba langsung (single step ) perusahaan dagang:

 

COMPUTER KING

Laporan Rugi-Laba

Utuk tahun yang berakhir 31 desember 2012

 

Pendapatan :

Penjualan bersih ………………………………………………xxx

Pendapatan bunga……………………………………………. xxx

Pendapatan sewa …………………………………………….. xxx +

     Total pendapatan……………………………………… xxx

 

Beban :

Harga pokok penjualan……………………………xxx

Beban penjualan…………………………………..xxx

Beban administrasi………………………………. xxx

Beban bunga……………………………………… xxx+

     Total beban……………………………………………xxx

Laba bersih……………………………………………………….xxx

 

Sumber:  prinsip-prinsip akuntansi, C. Rollin Niswonger, CPA, Ph.D, LLD dkk: 1999

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh laporan laba rugi bertahap atau multiple step perusahaan dagang:

COMPUTER KING

Laporan laba – rugi

Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2012

Pendapatan dari penjualan :

Penjualan………………………………………………………….. xxx

Dikurangi: retur dan potongan penjualan………………… xxx

Diskon penjualan………………………………. xxx+    xxx-

Penjualan bersih…………………………………………………. xxx

Harga pokok penjualan………………………………………………….. xxx

Laba kotor…………………………………………………………………xxx

 

Beban operasi:

Beban penjualan:

Beban gaji penjualan………………………………………  xxx

Beban iklan………………………………………………….xxx

Beban penyusutan peralatan toko……………………………xxx

Beban penjualan rupa-rupa…………………………………. xxx+

Total beban penjualan…………………………………………… xxx

Beban administrasi:

Beban gaji  kator……………………………………………  xxx

Beban sewa………………………………………………..    xxx

Beban penyusutan peralatan kantor ………………………… xxx

Beban asuransi ……………………………………………… xxx

Beban perlengkapan kantor …………………………………  xxx

Beban penjualan rupa –rupa………………………………      xxx+

Total beban administrasi………………………………………….  xxx+

Total beban operasi………………………………………………         xxx

Laba dari operasi…………………………………………………………       xxx

Pendapatan lain-lain:

Pendapatan bunga…………………………………………… xxx

 pendapatan sewa……………………………………………. xxx+

total pendapatan lain-lain…………………………………………xxx

beban lain-lain:

beban bunga………………………………………………………  xxx–  xxx+

laba bersih…………………………………………………………………….. xxx

 

Sumber:  prinsip-prinsip akuntansi, C. Rollin Niswonger, CPA, Ph.D, LLD dkk: 1999

 

 

contoh laporan perubahan modal perusahaan dagang:

COMPUTER KING

laporan perubahan modal

untuk tahun yang berakhir 31 desember 2012

 

modal pat king 1 januari 2012……………………………………………  xxx

laba bersih selama setahun…………………………………………  xxx

dikurangi penarikan………………………………………………..   xxx

kenaikan ekuitas pemilik………………………………………………….. xxx+

modal pat king 31 desember 2012………………………………………… xxx

 

 

Sumber:  prinsip-prinsip akuntansi, C. Rollin Niswonger, CPA, Ph.D, LLD dkk: 1999

 

 

 

  1. 4.      PENGAKUAN DAN PENGUKURAN LAPORAN KEUANGAN

Pengakuan (SAK, para 82-83, 2009) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi defenisi unsur serta kriteria yaitu:

  1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan denganpos tersebut akanmengalir dari atau ke dalam perusahaan
  2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

 

Pengukuran (SAK, para. 99-100, 2009) adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Dasar pengukuran adalah:

  1. Biaya Historis (historical cost)

Asset dicatat pada saat perolehan sebesar pengeluaran kas (setara kas) dan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas (setara kas) yang diharap   akan dibayarkanuntuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal

  1. Biaya Kini (current cost)

Aset dinilai pada saat perolehan sekarang, dan kewajiban dinilia pada saat menyelesaikan kewajiban sekarang

  1. Nilai Realisasi/ Penyelesaian (realizable/ settlement value)

Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset dlaam pelepasan normal, kewajiban untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal

  1. Nilai Sekarang (present value)

Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapa memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalampelaksanaan usaha normal

  1. 5.      KERANGKA DASAR KONSEPTUAL UNTUK AKUNTANSI KEUANGAN

          Menurut Hery, (2009) Kerangka Dasar Konseptual ( Conceptual framework ) adalah suatu set konsep yang menjadi dasar dari seperangkat Peraturan dan Standar akuntansi yang saling berhubungan. Ada 4 kerangka dasar Akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi:

                                  i.       Prinsip Biaya Historis

    Transaksi dicatat sebesar harga perolehan pada saat terjadinya transaksi

                                ii.       Prinsip Pengakuan Pendapatan

     Kerangka Dasar Konseptual FASB mengidentifikasi 2 kriteria (Hery: 2009), yang seharusnya dipertimbangkan dalam menentukan kapan pendapatan harus di akui, yaitu: (1) telah direalisasi atau dapat direalisasi. (2) telah dihasilkan atau telah terjadi.

                              iii.       Prinsip Penandingan

    Mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut

                              iv.       Prinsip Pengungkapan Penuh

           Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif, seluruh informasi yang relevan seharusnya dengan cara yang tidak memihak, dapat dipahami dan tepat waktu, dalam arti harus Menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan.

            kerangka dasar konseptual untuk Akuntansi digunakan sebagai acuan bagi :

  1. Komite penyusunan laporan keuangan dalam melaksanakan tugasnya
  2. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umuim
  3. Para pemakai laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

 

 

 

 

 

 

  1. 6.    KARAKTERISTIK KUALITATIF  LAPORAN  KEUANGAN

Menurut SFAC no. 2 Qualitative Characteristics of Accounting Information adalah sbb:

  1. Understanbility
  2. Relevance
  3. Reliabiity
  4. Neutrality
  5. Comparability
  6. Consistency
  7. Materiality
  8. Cost and Benefits

 

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia adalah sbb:

  1. Dapat dipahami

 

  1. Relevan

Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mengevaluasi perististiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

 

  1. Materialitas

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasikhusus dai kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).

  1. Keandalan

Yaitu informasi yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan

 

 

  1. Penyajian jujur

Informasi menggambarkan transaksi jujur dan wajar.

 

  1. Substansi mengungguli bentuk

Transaksi atau peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan yang tampak dari bentuk hokum.

 

  1. Netralitas

Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak

 

  1. Pertimbangan sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsure kehati-hatian pada saat kondisi ketidakpastian, sehingga asset tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban dinyatakan terlalu rendah serta tidak memperkenan pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan.

 

  1. Kelengkapan

Informasi harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya

  1. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan harus dapat dibandingkan antar periode untuk identifikasi trend posisi dan kinerja keuangan.

 

  1. 7.      KETERBATASAN DALAM LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan (Hery: 2009) memiliki keterbasan antara lain :

  1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan intern report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnyasementara ) dan bukan merupakan laporan final. Karena itu semua jumlah –jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam laporan ini terkandung pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.
  2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai mungkin berbeda atau berubah.
  3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan unit yang terjual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan karena naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga – harga.

 

  1. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaru posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor – factor tersebut tidak dapat diukur dengan satuan uang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

KESIMPULAN

Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 (Financial Accounting Standard Board/ FASB  tahun 1978) :

  1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur serta pihak-pihak lain untuk pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan lainnya yang  bersamaan
  2. Menyediakan informasi guna membantu investor, creditor dan pengguna lainnya dalam menilai jumlah, ketepatan waktu dan ketidakpastian atas deviden atau bunga dari penjualan, atau dari saham atau hutang.
  3. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomi perusahaan, klaim atas sumber-sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan mentransfer sumber pada perusahaan lain dan pemilik saham), efek transaksi, peristiwa dan hal-hal yang mengubahnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2009. Teory Akuntansi. 1st Edition.Kencana: Jakarta

 

Belkaoui, Ahmed Riahi.2000.Teori Akuntansi. 1st Edition. Salemba Empat: Jakarta

 

Kieso, Donald E dkk.2004. Intermediate accounting. 11th Edition. John Wiley & Sons, Inc.:  USA

 

Fess, Philip E dkk. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Erlangga: jakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

tren akuntansi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Akuntansi sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi dimna ia berada, sehingga perkembangan sosial ekonomi juga mempengaruhi perkembangan ilmu ekonomi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati. Kejadian itupun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seperti yang digambarkan oleh Kuhn maupun popper bisa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.

Dalam permasahalan ini kami membahas beberapa tren dalam akuntansi yang merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi atau bisa tidak sampai mencapainya. Namanya tren hanya menunjukkan kecenderungan yang dilihat saat ini. Kenyataannya akan terbukti kemudian. Tugas akademis dan profesional adalah untuk bermimpi,melihat, menganalisis  dan ikut mengembangkan tren itu sehingga menjadi konvensi dan menambah manfaat ilmu itu membantu masyarakat secara luas.

Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran dibidang akuntansi. Hasil riset ini merupakan penyambung antara fenomena sosial dibidang akuntansi dengan sturuktur teori akuntansi. Fenomena sosial itu dituangkan dalam berbagari bentuk “statment ilmiah” sehingga menjadi teori. Teori ini bisa manjelaskan tentang kebenaran yang sudah ada (deskriptif), mendukung teori yang ada (justifikasi), mengingkari kebenaran yang sudah lama (refute), atau ingin memanggung teori baru. Usaha-usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan disiplin akuntansi ini sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Pada awalnya, proses mencari kebenaran itu dimulai dari cara dogmatis dimana kebenaran itu berasal dari orang atau pihak atau lembaga yang diberi dan diyakini memiliki otoritas menetapkan kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan menggunakan cara normatif dengan menggunakan logika ilmiah, pemikiran sehat. Kemudian berkembang dan kemudian menggunakan metode empiris dengan titik berat melihat kenyataan yang ada dilapangan (fenomena sosial). Didalam sistem yang terakhir inilah yang menjadi ajang dari penelitian ilmiah. Sudah merupakan suatu kesepakatan masyarakat akademisi bahwa proses penelitian ini harus mengikuti aturan-aturan atau konvensi yang diikuti  oleh semua pihak sehingga kualitas hasil penelitian itu terjamin. Perkembangan ilmu akuntansi yang demikian cepat akhir-akhir ini didasarkan pada proses penelitian ini. Berbagai teori muncul, teori lama di-refute, dan teori baru dibangun.

Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan untuk menjadi dasar dalam memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu juga dengan kemajuan dalam teknologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi yang tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah tujuan akhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tren Akuntansi

Adolf J.H. Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5 dengan judul Mega Accountancy Trends, berdasarkan  Mega Trend 2000-nya Naisbitt dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut :

  1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
  2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
  3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan.

Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini belum dapat dinilai tercapai.

Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut.

 

  1. Penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
  2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
  3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya.
  4. Praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

Trend itu yang dibuat Ethoven ini beranjak dari megatrend-nya naisbitt yaitu :

  1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.
  2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
  3. Ciri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
  4. Struktur organisasi akn berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak dikedepankan lagi.
  5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan banyak.
  6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
  7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi partiisipasi.
  8. Dari bantuan institusi ke mandiri 
  9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
  10. Kekuasaan akan beralih dari sebtralisasi ke desentralisasi.

 

Kesepuluh shift inilah yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk memprediksi pengaruh tren itu ke dalam profesi dan bidang ilmu akuntansi.

2.2. Akuntansi Perilaku (Aspek Perilaku dalam Akuntansi)

Para akuntan keperilakuan memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara perilaku dan system akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku, yang pada gilirannya secara bersama-sama akan menentukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi.

Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka melakukan pekerjaan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisasi.

Pengenalan hubungan tibal balik antara alat akuntansi dan perilaku telah memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi terbaru dalam lingkungan professional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuannya.  Berikut adalah prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) :

  1. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

 

 

  1. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

 

  1. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

 

  1. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

 

  1. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

 

  1. Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

 

  1. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

  1. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

2.3. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi

Perkembangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi yang menjadi tren di antaranya adalah:

 

  1. Akuntansi internasional atau akuntansi global;

Menurut Weirich dkk.,(Belkaoui, 1985) dalam Harahap (2005) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai berikut: Mencangkup semua perbedaan prinsip, metode, dan standar akuntansi semua Negara, Termasuk didalamnya prinsip akuntansi (GAAP) yang ditetapkan ditiap Negara. Setiap akuntan harus menguasai semua prinsip disemua Negara jika mempelajari akuntansi internasional. Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip yang berlaku umum sedunia. Perbedaan ini diakui karena ada perbedaan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan hukum. 

 

  1. Akuntansi Islam;

Dalam al-quran surat al-al baqarah ayat 282 merupakan ayat banyak menjelaskan tentang akuntansi, dan menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar  juz 3 tentang surat al-baqarah ayat 282 ini mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan akuntansi sebagai berikut :

 

Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu, tidak lah layak berbaik hati kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah. Si Anu mati dalam berhutang, menagih pada warisnya yang tinggal. Siwaris bisa mengingkari hutang itu karena tidak ada surat perjanjian. 

 

  1. Akuntansi Sumber Daya Manusia;

Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi SDM sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur data tentang SDM dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak lain yang berkepentingan.

4.  Triple entry accounting system;

Kalau dahulu kita mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal triple entry. Dalam system ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Triple entry memiliki force account yang mencatat beberapa factor antara lain perubahan harga, perubahan jumlah, atau perubahan volume terhadap arus hasil dan biaya.

Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.

  1. Employee Reporting;

Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat berkembang d USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa Negara seperti anggota Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) seperti USA, Canada, Jerman, Perancis, Denmark, Norwegia, Swedia, dan United Kingdom (Belkaoui, 1995).

Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam belkaoui, 1985):

1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure;

2. Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan;

3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan;

4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi dimaksud.

 

Beberapa informasi pennting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini adalah:

 

  1. Jumlah pegawai.
  2. Lokasi tempat bekerja.
  3. Umur karyawan.
  4. Jam kerja.
  5. Biaya tebaga kerja.
  6. Program pension.
  7. Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua.
  8. Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path.
  9. Pengakuan terhadap serikat pekerja.
  10. Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin.
  11. Dan sebagainya.

 

  1. Value Added Reporting

Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai adalah modifikasi dari Laporan Laba Rugi sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan laba rugi ini. Langkah yang di ikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba rugi adalah (Belkaoui, 2011):

Langkah 1:

Disini dihitung Laba Ditahan yang didapat dari Hasil Penjualan dikurangi Biaya, Pajak, Dividen, atau: Penerimaan Penjualan                              Rp ……….

Dikurangi:Pembelian Barang dan Jasa                                         Rp ……….

Penyusutan                                                                                   Rp ……….

Biaya karyawan                                                                           Rp ……….

Biaya Bunga                                                                                Rp ……….

Dividen                                                                                        Rp ……….

Pajak                                                                                            Rp ……….

Total Pengurangan                                                                       Rp ………

Laba Ditahan                                                                              Rp ……….

Langkah 2:

Laporan Pertambahan Nilai ini dapat dosusun dari data di atas dengan format sebagai berikut:

Penerimaan Penjualan                                                                  Rp ……….

Dikurangi: Pembelian Barang dan jasa                                        Rp ……….

Pertambahan Nilai Kotor                                                             Rp ……….

Pertambahan Nilai ini dirinci sbb:

Penyusutan                                                                                   Rp ……….

Biaya karyawan                                                                           Rp ………

Biaya bunga                                                                                 Rp ……….

Dividen                                                                                        Rp ……….

Pajak                                                                                            Rp ……….

Total Pertambahan nilai                                                               Rp ……….

Beberapa kegunaan dari Value Added Reporting ini dapat disebut sebagai berikut:

  1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang absah sebagai dasar perhitungan reward.
  2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk memgetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).
  3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi danekonomi dengan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapan nasional.

 

Namun, di samping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan nilai ini, yaitu sebagai berikut:

 

  1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerja sama dengan yang lain.
  2. Ada kemungkinan dengan adnya laporan pertambahan niali ini manajemen salah tanggep seolah ingin memaksimasi pertmabhan niali.
  3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat.

 

7. Akuntansi Perilaku;

Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap informasi yang akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari system budget terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting terhadap oerilaku, dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan, factor perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber daya manusia, dan sebagainya.

Lebih simple Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989) dalam Harahap (2008) membaginya atas tiga bagian besar berikut ini:

  1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, kontruksi, dan penggunaan system akuntansi.
  2. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
  3. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.

 

 

 

8. Multi Diciplines Paradigm;

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigm baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Fenomena ini juga melanda akuntansi.

Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat. Menurut Al-Farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengungkapkan ilmu itu kemudian berkembang menjadi tiga bidang:

  1. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural science):

1)      Biology

2)      Antropologi fisik

3)      Kedokteran

4)      Farmasi

5)      Pertanian

6)      Ilmu Pasti

7)      Ilmu Alam

8)      Teknik

9)      Geologi, dan lain-lain.

 

  1. Ilmu Sosial (Social Science):

1)      Ilmu Hukum

2)      Ekonomi

3)      Jiwa Sosial

4)      Bumi Sosial

5)      Sociology

6)      Antropologi Sosial Budaya

7)      Sejarah

8)      Politik

9)      Pendidikan

10)  Publisistik dan Jurnalistik

11)  Dan lain-lain.

 

  1. Humaniora (Humanities Science):

1)      Ilmu Agama

2)      Ilmu Filsafat

3)      Ilmu bahasa

4)      Ilmu seni

5)      Ilmu Jiwa (psikologi)

 

9. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan;

Dilaksanakannya “Earth Summit” mangingatkan kita pada isu yang sama di ajukan oleh Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai factor yang harus direm perkembangannya seperti perkemabangan penduduk, investasi, kkonsumsi sumber alam, industry, ketidakadilan distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamaykan masa depan umat manusia dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk memudahkan para pengambil keputusan dalam memanaje masalah pembangunan, lingkungan, dan aspek social ekonominya.

Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, factual, dan relevan. Keadaan yang factual, valid, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut environment accounting. Disiplin ini secara, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.

 

Perlunya Akuntansi Lingkungan

Lingkungan keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah dan Negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industry sebenarnya hidup dari lingkungan. Ya factor alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.

10. Efficient Market Hypothesis (EMH);

Dalam akuntansi dikenal teori atau hipotesis EMH (Efficient Market Hypothesis). Teori EMH ini menyatakan bahwa “Pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham.” Dalam bahasa penelitian bidang penelitian yang menyangkut soal ini adalah positive accounting teory. Dalam teori ini yang dibahas bukan bagaimana mencatat transaksi, tetapi menyangkut:

1)      Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada public dan reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham di bursa;

2)      Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.

Fama (1969) dalam Harahap (2008) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien adalah sebagai berikut:

  1. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
  2. Semua informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar.
  3. Semua sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan distribusi harga masa yang akan dating dari tiap saham.

Menurut Fama informasi ada tiga set informasi:

a)      Gerakan harga saham masa lalu;

b)      Informasi yang tersedia bagi public;

c)      Seluruh informasi baik uang tersedia bagi public maupun milik perusahaan.

Ketiga set informasi di atas dapat memengaruhi harga saham sebagai berikut:

a)      Bentuk lemah (weak form) dari sham efisien.

Di sini harga pasar saham pada periode tertentu secara penuh merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari harga harga saham masa lalu. Di sini tidak ada strategi dagang berdasarkan siklus harga, pola harga atau peraturan lainnya.

 

b)      Bentuk semi kuat (semistrong)

Di mana harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada public termasuk harga saham masa lalu. Di sini juga tidak ada strategi dagang yang dipakai dalam perdagangan saham.

 

c)      Bentuk kuat (strong form)

            Di mana harga saham merupakan gambaran dari seluruh yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk public dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi nlainnya.

 

           Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semistrong-lah yang paling relevan dengan akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi public.

Dalam EMH sering digunakan Capital Assets Princing Model (CAPM). Yang dimaksud dengn model CAMP ini adalah suatu model yang menaksir laba yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakkab dari saham biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semistrong juga dipakai dalam model ini.

 

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

 

Bahwasannya trend akuntansi itu berdasarkan Mega Trend 2000-nya Naisbitt dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan-persoalan seperti Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas,perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya,perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan.

Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut yaitu dengan cara penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi, struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya, persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya, praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

 

Dalam hal ini kami juga membahas tentang akuntansi keperilakuan yang mana dalam makalah kami kami menekankan pada beberapa prinsip etika  profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, standar teknis.

 

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

soal normatif

Soal-soal Teori Akuntansi Positif dan Akuntansi Normatif

  1. Jelaskan pengertian teori akuntansi ?
  2. Sebutkan fungsi teori akuntansi !
  3. Sebutkan dan jelaskan tiga dimensi dari teori akuntansi ?
  4. Sebutkan dan jelaskan periodisasi teroi akuntansi ?
  5. Jelaskan pengertian teori akuntansi positif ?
  6. Jelaskan perbedaan akuntansi positif dan akuntansi normative ?

Jawab:

  1. Teori akuntansi dapat diartikan sebagai suatu susunan konsep, defenisi, dan dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi, serta menjelaskan hubungan antar variabel dalam struktur akuntansi, dengan maksud untuk dapat memprediksi fenomena yang muncul (fenomena sosial dan ekonomi).
  2. Fungsi teori akuntansi adalah:
    1. Sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi,
    2. Memberikan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar resminya,
    3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan,
    4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan, dan
    5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktik akuntansi.
    6. Tiga dimensi dari teori akuntansi, yaitu:
      1. Reductionism

Teori di mulai dari asumsi-asumsi, di mana tidak langsung merujuk ke objek yang diobservasi, dan bukan merupakan pernyataan yang dapat diuji kebenarannya. Tetapi teori merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.

  1. Instrumentalism

Teori merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai pernyataan tentang hasil dari suatu observasi. Di sini, teori berperan untuk menjelaskan untuk memprediksi.

  1. Realism

Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena, atau suatu objek.

 

  1. Periodisasi teori akuntansi dapat digolongkan menjadi:
    1. Pre-Theory Period (1492-1800)

Dalam periode ini belum ada teori akuntansi yang dirumuskan, melainkan hanya sebatas pada saran-saran atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dianggap sebagai teori.

  1. General Scientific Period (1800-1955)

Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori, namun hanya berupa penjelasan terhadap praktik akuntansi. Di sini, juga sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan prakti akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang menekankan  pada hasil observasi atas peristiwa yang terjadi sehari-hari (realitas), bukan berdasarkan pada logika.

  1. Normative Period (1956-1970)

Dalam periode ini, perumusan teori mulai mendefenisikan norma-norma atau praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih menekankan pada “apa yang seharusnya”. Akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti. Di sini, mulai muncul berbagai kritikan terhadap konsep biaya historis (historical cost). Informasi yang disajikan berdasarkan nilai pasar wajar ternyata lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar, menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nilai aktiva dan kewajiban perusahaan serta menyediakan dasar lainnya untuk menilai prospek arus kas di masa mendatang.

  1. Spesific Scientific Period (1970-sekarang)

Periode ini disebut juga sebagai era positif, di mana teori akuntansi tidak cukup hanya dengan berdasarkan pada normatif saja (“apa yang seharusnya”), tetapi juga harus dapat diuji kebenarannya. Perumusan atau pendefenisian norma yang terjadi dalam periode sebelumnya dianggap terlalu subjektif, sehingga harus dapat di uji terlebih dahulu keabsahannya secara positif. Pendekatan normatif telah banyak mendatangkan kritikan karena teori normatif ini tidak melibatkan pengujian hipotesa, melainkan hanya berdasarkan peda pertimbanga subjektif semata. Ditahun 1970-an, data empiris sudah mulai tersedia, demikian juga hal nya dengan teknik-teknik statistik yang memungkinkan untuk dilakukannya pengujian.

 

 

  1. Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelasakan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
  2. Teori akuntansi positif dan normative timbul karena perbedaan sasaran teori dan bidang masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains dan tekhnologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains sedangkan teori akuntansi normative lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai tekhnologi.

 

Soal-soal lingkungan social akuntansi

  1. Jelaskan pendorong munculnya Akuntansi Sosial ?
  2. Jelaskan pengertian dari Corporate social responsibility (CSR) ?
  3. Sebutkan tujuan dari melakukan CSR!
  4. Jelaskan posisi akuntan terhadap sosial ekonomi akuntansi ?
  5. Jelaskan pengertian Corporate Volunteering ?
  6. Sebutkan keuntungan dari melakukan CSR ?

Jawab :

  1. Menurut Sofyan (1997), akuntansi sosial timbul karena adanya kecenderungan dari para ahli untuk mengalihkan kesejahteraan individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan mancari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek samping ke arah mencari laba yang berwawasan lingkungan.
  2. CSR adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu isu tertentu dimasyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.

 

  1. Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk :
    1. Building Human Capital

Secara internal, perusahaan dituntut untuk meciptakan SDM yang andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya community development.

  1. Strengthening Economies

Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. Yaitu dengan mengadakan pelatihan kerja maupun pemberian beasiswa bagi penduduk yang berprestasi, dan memberi bantuan modal usaha.

  1. Assessing Social Chesion

Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.

  1. Encouraging Good Governence

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola dengan baik.

  1. Protecting The Environment

Perusahaan berupa keras menjaga kelestarian lingkungan.

 

  1. Karena akuntan berperan sebagai agen maka akuntan mempunyai akses informasi yang besar tentang perusahaan, para akuntan juga yang bisa mengetahui secar lebih pasti apa yang harus dilakukan oleh perusahaan dan apa yang dibutuhkan oleh massyarakat sekitar perusahaan terkait dengan akuntansi sosial.
  2. Community Volunteering adalah bentuk corporate social respontibility di mana perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya iktu terlibat dalam program corporate social respontibiliy yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.
  3. Keuntungan Melakukan Program Corporate Social Respontibility yaitu :
    1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.
    2. Layak mendapatkan social lincence to operate.
    3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan .
    4. Melebarkan akses sumber daya.
    5. Membentangkan akses menuju market.
    6. Mereduksi biaya.
    7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
    8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
    9. Meningkatkan semangat dan poduktivitas karyawan.
    10. Peluang mendapat penghargaan.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

praktek akkuntansi dan ifrs

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’.

IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

 

1.2              Rumusan Masalah

  1. Bagaimana praktik akuntansi negara-negara dunia?
  2. Bagaimana kompleksitas pengembangan praktik terkait regulasi dan kondisi suatu negara?
  3. Apakah tantangan dan solusi terhadap penerapan IFRS di Indonesia?

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1              Pengertian

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard  Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).

Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS) kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.

Secara keseluruhan IFRS mencakup:

  1. International Financial Reporting Standard (IFRS).Standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
  2. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001.
  3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.
  4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) sebelum tahun 2001.

 

2.2              Adopsi atau Harmonisasi?

Adopsi penuh dan harmonisasi terhadap IFRS memiliki arti yang berbeda. Adopsi penuh adalah mengadopsi secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di suatu Negara. Berbeda dengan adopsi penuh, harmonisasi IFRS memiliki sifat lebih fleksibel dan terbuka. Harmonisasi standar pertama kali dikenalkan oleh European Commision (EC). Harmonisasi  berarti juga sebagai sekelompok Negara yang menyepakati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus di ungkapkan.

Sedangkan bagi Indonesia terhadap IFRS, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi IAS. Meskipun dengan adanya IFRS tidak semua Negara dapat menerima yang disebabkan dengan perbedaan-perbedaan ditiap Negara. Namun tetap perlu adanya yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi.

 

2.3              Tujuan IFRS

Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:

1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable) sepanjang periode yang disajikan

  1. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.

3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

 

2.4              Manfaat adopsi IFRS

Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalm bukunya yang berjudul “ International Financial Reporting Standards”, manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.

Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global, yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar dunia). The Big-4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat:

  1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal secara internasional.
  2. Meningkatkan arus investasi global.
  3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus.

  1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
  2. Mengurangi biaya SAK.
  3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
  4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
  5. Meningkatkan transparansi keuangan.
  6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
  7. 7.    Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

 

2.5              Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan: Indonesia, Amerika Serikat, dan Internasional.

Untuk  melihat  terjadinya  perbedaan  praktek akuntansi  di  berbagai  negara  di  dunia  ini,  berikut ini  disampaikan  contoh  Standar  Akuntansi Keuangan  (SAK)  yang  berlaku  di  Indonesia, Amerika  Serikat  (Financial  Accounting  Standard Board/FASB)  dan  Stadar  Akuntansi  Internasional (International  Accounting  Standard/IAS)  atau International Financial Report Standard (IFRS). 

  1. 1.      Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

Indonesia  sebagai  salah  satu  negara  yang sedang berkembang tentu saja sangat jauh berbeda bila  dibandingkan  dengan  negara  maju  seperti Amerika Serikat maupun negara maju lainnya baik dalam  praktek  bisnis  maupun  standar  dan  praktek akuntansinya.  Praktek  bisnis  yang  telah berkembang  di  negara  maju  dan  telah  dibuat standar  akuntansinya  namun  praktek  bisnis tersebut belum berkembang di Indonesia tentu saja belum  memerlukan  standar  akuntansi.  Sementara praktek  bisnis  yang  berkembang  di  Indonesia namun  tidak  berkembang  di  negara  lainnya termasuk  di  negara-negara  maju,  maka  dibuat standar  akuntansinya  seperti  standar  akuntansi untuk perbankan syariah.

 

  1. 2.      Standar Akuntansi Keuangan Amerika Serikat

Amerika merupakan salah satu Negara maju di dunia  yang  mempunyai  pengaruh  politik, ekonomi,  sosial  budaya  termasuk  akuntansi terhadap  sesama  Negara  maju  maupun  Negara berkembang  sangat  kuat.  Dapat  diibaratkan  apa yang  terjadi  di  Amerika  sekarang  secara  perlahan atau  cepat  akan  ditiru  di  Negara  lain.  Khusus mengenai  praktek  bisnis  di  Amerika  berkembang begitu  pesat  yang  pada  akhirnya  memerlukan standard  praktek  akuntansi  yang  berkembang pula  sesuai  dengan  perkembangan  bisnis  yang terjadi.  Bila  dibandingkan  dengan  Standar Akuntansi  Keungan  Indonesia  maupun  Standar Akuntansi  Internasional  maka  standar  akuntansi keuangan  di  Amerika  jauh  lebih  banyak  akibat praktek bisnis yang memang lebih beragam.

 

 

  1. 3.      Standar Akuntansi Internasional (IAS / IFRS)

International  Accounting Standard/International  Financial  Reporting Standard  dikeluarkan  oleh  International Accounting  Standard  Board  atau  Badan  Standar Akuntansi  Internasional.  Mengingat  tujuan penyusunan standar akuntansi tersebut untuk dapat dipergunakan sebanyak  mungking  negara di dunia maka  dalam  penyusunan  standar  akuntansi  tertentu saja  Badan  Standar  Akuntansi  Internasional mempertimbangkan kondisi sebagian besar negara sehingga  sesuai  dengan  kebutuhan  mereka.  Bila kita  bandingkan  dengan  standar  akuntansi Amerika  maka  dari  segi  jumlah  standar  yang dikeluarkan  Badan  Standar  Akuntansi Internasional  jauh  lebih  sedikit  karena  memang mereka  tidak  mengacu  pada  perkembangan  bisnis dan  kebutuhan  akuntansi  di  Amerika  saja melainkan  pada  sebagian  besar  negara  sehingga standar  akuntansi  yang  mereka  keluarkan  dapat diadopsi baik sebagian maupun sepenuhnya. Ketiga  standar  akuntansi  tersebut  baik  yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat, dan standar Internasional,  maka  secara  kuantitas  jelas  tampak perbedaan  yang  nyata.  Bila  melihat  dari  segi jumlah  standar  maka  standar  akuntansi  di Indonesia  bila  dibandingkan  dengan  Amerika Serikat  hanya  kurang  lebih  sepertiganya  saja sementara  bila  dibandingkan  dengan  standar akuntansi  internasional  standar  akuntansi  di Indonesia  lebih  banyak. Perbedaan  jumlah  standar akuntansi di  Amerika  yang  jauh  lebih  banyak dari Indonesia  dapat  dijelaskan  bahwa  tingkat perkembangan  ekonomi  Amerika  jauh  lebih  maju bila  dibandingkan  dengan  Indonesia  sehingga  di Amerika  telah  berkembang  berbagai  jenis instrumen  yang  dapat  dikategorikan  ke  dalam rekening  harta,  kewajiban,  maupun  ekuitas.

Sementara bila di Indonesia ada  standar akuntansi yang sudah berlaku di Amerika tetapi belum ada di Indonesia  menunjukkan  bahwa  untuk  Indonesia hal  tersebut  masih  dipandang  belum  mendesak atau penting mengingat frekuensi terjadinya masih rendah atau bahkan belum timbul sama sekali. Sementara  standar  akuntansi  internasional yang  lebih  sedikit  bila  dibandingkan  dengan Amerika bahkan Indonesia dapat dijelaskan bahwa standar akuntansi  internasional  berusaha sebanyak mungkin  dapat  mengadopsi  berbagai  keragaman standar  akuntansi  di  berbagai  negara  di  dunia. Standar  akuntansi  internasional  tersebut diharapkan banyak negara yang dapat  mengadopsi atau  menggunakan  standar  yang  ada  untuk diberlakukan  di  negara  masing-masing.  Semakin  banyaknya  negara  yang  menggunakan  standar akuntansi  internasional  berarti  telah  terjadi penyeragaman  standar  akuntansi  meskipun  belum sepenuhnya,  mengingat  seperti  di  Amerika  berarti masih  ada  standar  akuntansi  lainnya  yang  belum tercakup dalam standar akuntansi internasional.

 

2.6              Perkembangan  Harmonisasi Akuntansi Internasional

Usaha  untuk  mengharmonisasikan  akuntansi secara  internasional  sudah  dimulai  sejak  lama bahkan  sebelum  terbentuknya  International  Accounting  Standard  Commitee  (IASC)  didirikan pada  tahun  1973.  Pada  tahun  1959,  Jacob Krayenhof,  mitra  pendiri  sebuah  firma akuntan independen  Eropa  yang  utama  mendorong  agar usaha  pembuatan  standar  akuntansi  internasional dimulai.  Pada  tahun  1976, Organisasi  untuk Kerjasama  dan  Pembangunan  Ekonomi (Organization  for  Economic  Cooperation  and Development  –  OECD)  mengeluarkan  Deklarasi Investasi  dalam  Perusahaan  Multinasional  yang berisi  panduan  untuk  ”Pengungkapan  Informasi”.

Tahun  1978  Komisi  Masyarakat  Eropa mengeluarkan  Dekrit  Keempat  sebagai  langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.  Pada  tahun  1981  IASC  mendirikan  kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi non anggota untuk  memperluas  masukan-masukan  dalam pembuatan  standar  internasional.  Di  tahun  1984, Bursa  Efek  London menyatakan  bahwa  pihaknya berharap  agar    perusahaan-perusahaan  yang mencatatkan  sahamnya  tetapi  tidak  didirikan  di Inggris  dan  Irlandia  menyesuaikan  dengan akuntansi  internasional.  Tahun  2001  Badan Standar  Akuntansi  Internasional  (International Accounting  Standard  Board–IASB)  menggantikan IASC  dan  mengambil  alih  tanggungjawab  per tanggal  1  April  2001.  Standar  IASB  disebut Standar  Pelaporan  Keuangan  Internasional (International  Financial  Report  Standard–IFRS) dan  termasuk  di  dalamnya  IAS  yang  dikeluarkan IASC.  Di  tahun  2002  Parlemen  Eropa  menyetujui proposal  Komisi  Eropa  bahwa  secara  nyata seluruh  perusahaan  Uni  Eropa  yang  tercatat sahamnya  harus  mengikuti  standar  IASB  dimulai selambat-lambatnya  tahun  2005  dalam  laporan keuangan  konsolidasi.  Pada  tahun  yang  sama IASB  dan  FASB  menandatangani  ”  Perjanjian Norwalk ” yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi  standar  akuntansi  internasional  dan Amerika Serikat.

Pada  tahun  2008,  Ikatan  Akuntan  Indonesia (IAI)  pada  hari  Selasa,  23  Desember  2008  dalam rangka  Ulang  tahunnya  ke-51  mendeklarasikan rencana  Indonesia  untuk  convergence  terhadap International  Financial  Reporting  Standards (IFRS)  dalam  pengaturan  standar  akuntansi keuangan.  Pengaturan  perlakuan  akuntansi  yang konvergen  dengan  IFRS  akan  diterapkan  untuk penyusunan  laporan  keuangan  entitas  yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal  ini  diputuskan  setelah  melalui  pengkajian dan penelaahan  yang  mendalam  dengan mempertimbangkan  seluruh  risiko  dan  manfaat konvergensi  terhadap  IFRS. 

International Financial  Reporting  Standards  (IFRS)  dijadikan sebagai  referensi  utama  pengembangan  standar akuntansi  keuangan  di  Indonesia  karena  IFRS merupakan  standar  yang  sangat  kokoh. Penyusunannya  didukung  oleh  para  ahli  dan dewan  konsultatif  internasional  dari  seluruh penjuru  dunia.  Mereka  menyediakan  waktu  cukup dan   didukung  dengan  masukan  literatur  dari ratusan  orang  dari  berbagai  displin  ilmu  dan  dari berbagai  macam  jurisdiksi  di  seluruh  dunia. Dengan  telah  dideklarasikannya  program konvergensi  terhadap  IFRS  ini,  maka  pada  tahun 2012  seluruh  standar  yang  dikeluarkan  oleh Dewan  Standar  Akuntansi  Keuangan   IAI  akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.

           

2.7              Kendala adopsi IFRS di Indonesia

  1. Kurang siapnya infrastruktur.
  2. Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
  3. Kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia. Dilihat dari minimnya pengajaran dan pembahasan topik-topik akuntansi keuangan terkait IFRS, karena IFRS belum dijadikan mata kuliah pokok program pendidikan akuntansi di Indonesia.
  4. Proses penerjemahan IFRS menjadi PSAK. Terkadang membutuhkan waktu yang relatif lama dan terkadang juga memberikan makna yang berbeda dengan sumber aslinya.

 

2.8              Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh

Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. PSAK dan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan SIC yang diterbitkan sebelum tahun 1994. DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)  yang berada dibawah IAI telah mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang telah rampung pada tahun 2010 dan mulai menerapkannya di tahun 2012.

Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.  Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh IFRS sulit dilakukan.

Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan IAI, proses adopsi dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

  1. Tahap adopsi, yaitu dengan mengadopsi seluruh IFRS terakhir kedalam PSAK pada  tahun 2008-2010.
  2. Tahap persiapan, yaitu penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS pada tahun 2011.
  3. Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik pada tahun 2012.

Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen didalam perusahaan.

 

2.9              Faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai Negara

  1. Lingkungan sosial

Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir untuk menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah. Berdasarkan kerangka tersebut, perubahan pada akuntansi merupakan produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan interaksi antara praktik akuntansi dan lingkungan sosial.

 

  1. Ekonomi

1)      Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan mulai memperhitungkan depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia.

 

2)      Tingkat inflasi

Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan hystorical cost.

 

3)      Sumber pendanaan

Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari pemegang saham eksternal dibandingkan dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.

 

4)      Sistem perpajakan

Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang  pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

 

  1. Politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises).

 

  1. Budaya

Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan budaya. Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

 

2.10          Implikasi  Bagi  Standar  dan Praktek Akuntansi, serta Solusi terhadap Penerapan IFRS di Indonesia.

Indonesia  merupakan  bagian  yang  tidak terpisahkan  dari  bisnis  internasional  atau  global tentu  saja  juga  akan  menghadapi  permasalahan dalam  standar  maupun  praktek  akuntansinya  yang mau  tidak  mau  harus  menyesuaikan  diri  dengan perkembangan  akuntansi  yang  berlaku  secara internasional.  Beberapa  negara  maju  antara  lain Perancis  telah  memberikan  kebebasan  kepada perusahaan  untuk  menggunakan  standar  akuntansi Perancis  maupun  standar  akuntansi  internasional yaitu  Ineternational  Financial  Report  Standard yang  dikeluarkan  oleh  International  Accounting Standard  Board.  Pemberian  kebebasan  kepada perusahaan  untuk  menggunakan  IFRS  tentu  saja dapat  menjadi  kecenderungan  bagi  negara  lainnya yang  pada  akhirnya  akan  mendorong  penggunaan IFRS  secara  meluas  di  berbagai  negara  termasuk Indonesia.

Namun  demikian  merujuk  pada  faktor-faktor yang  mempengaruhi  praktek  akuntansi,  maka Indonesia  tidak  dengan  serta  merta  mengadopsi IFRS  secara  penuh  atau  mutlak  mengingat perbedaan  faktor  pendukung  sehingga  harus dilakukan  kajian  terlebih  dahulu  standar  mana yang  sudah  dapat  diadopsi  dan  diterapkan  di Indonesia  dan  standar  mana  yang  belum  dapat diadopsi  untuk  diterapkan  di  Indonesia,  dengan demikian  penerapan  IFRS  dibatasi  terlebih  dahulu hanya  pada  perusahaan-perusahaan  yang mempunyai  kemampuan  penyesuaian  tinggi terhadap  perubahan  penggunaan  standar  yang berlaku  di  Indonesia  ke  IFRS.  Perusahaan penanaman  modal  asing  (PMA)  dan  perusahaan yang  telah  go  publik  mungkin  merupakan perusahaan-perusahaan    yang  telah  siap  beralih dari  penggunaan  standar  akuntansi  Indonesia  ke dalam  standar  akuntansi  internasional  mengingat selama  ini  mereka  telah  berinteraksi  dengan investor,  kreditor  dan  badan-badan  internasional. Hal  ini  mengingat  di  Indonesia  terdapat heteroginitas  perusahaan  dari  perusahaan  skala mikro, kecil, menengah hingga yang besar.

Perbedaan  karakteristik  perusahaan  ini  tentu saja  menuntut  pemberlakukan  standar  akuntansi yang  berbeda  sehingga  masing-masing  kelompok perusahaan dapat memilih standar akuntansi sesuai dengan  karakteristik  perusahaan.  Khusus mengenai  usaha  mikro,  kecil,  dan  menengah misalnya  saat  ini  sedang  pada  tahap  penyerapan aspirasi  dari  berbagai  pihak  yang  berkepentingan guna  penerapan  standar  akuntansi  bagi  usaha mikro,  kecil  dan  menengah,  maka  pada  satu  sisi Indonesia  dapat  menerima  dan  mengadopsi standar  akuntansi  yang  berlaku  secara internasional  sehingga  akan  meningkatkan  daya banding  laporan  keuangan  perusahaan-perusahaan yang  beroperasi  di  Indonesia.  Sementara  di  sisi yang  lain  Indonesia  masih  dapat  memberikan ruang  gerak  bagi  penerapan  standar  yang  bersifat nasional  bagi  perusahaan-perusahaan  yang  secara teknis  belum  dapat  menyesuaikan  dengan  standar akuntansi yang berlaku secara internasional.  

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

            Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra.

Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. SAK Indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun 2012. Hal ini diharapkan akan semakin membawa perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi InternasionalFinancial Report Standard. “Kebutuhan atau Paksaan?” Studi KasusPada PT. GarudaAirlines Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting Standards. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://www.scribd.com/doc/83892350/makalah-IFRS

http://febiaziza070809.blogspot.com/2011/11/makalah-ifrs.html

 

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

sejarah dan perkembangan akuntansi

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pernyataan mengenai seberapa pentingnya akuntansi selalu membutuhkan suatu pembelaan yang kuat,untuk menghilang stigma yang tertanam pada akuntansi yang menunjukkan bahwa sejak awal akuntansi adalah suatu yang terhormat bahkan bersifat akademis,meskipun saat ini tidak dihormati.akuntansi dari waktu kewaktu telah menarik perhatian orang-orang yang memiliki kemampuan intelektual yang tidak dipertanyakan lagi.Akuntansi mampu meberikan pembuktian melalui akuntansi itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan social.

Fungsi akuntansi adalah untuk menunjukkan pertanggungjawaban,mencegah terjadinya kecurangan(Fraud), memandu industry menentukan ekuitas,memecahkan seluruh teka-teki mendasar didalam dunia usaha,membantu pemerintah dalam operasi fisika dan untuk memandu manajer bisnis dalam upaya memastikan efisiensi.

Apakah upaya-upaya diatas tidak layak untuk mendapatkan perhatian  dari semua orang. akuntansi memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia bisnis. Dan sudah sepantasnyalah akuntansi mendapat perhatian khusus. Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang akuntansi ada baiknya kita harus mengetahui dan memahami sejarah dari akuntansi itu sendiri.

Sejarah dan perkembangan akuntansi suatu hal yang sangat penting didalam memahami dan menghargai paraktik-praktik  saat ini dan dimasa yang akan datang.sekaligus sebagai struktur institusional dari disiplin ilmu akuntansi itu sendiri

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI

A . EVOLUSI PEMBUKUAN PENCATATAN BERPASANGAN

 

  1. 1.      Sejarah Awal Akuntansi

Berbagai percobaan telah dilakukan untuk menyatakan lokasi dan waktu lahirnya system pencatatan berpasangan yang telah menghasilkan berbagai scenario.kebanyakan scenario tersebut mengakui adanya kehadiran suatu bentuk pelaksanaan pencatatan disebagian besar kebudayaan sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi Termasuk didalamnya adalah kebudayaan Chaldean- Babilonia,asiria dan sumeria, yang menemukan pemerintahan teroganisasi pertama di dunia, termasuk juga beberapa bahasa tulisan tertua dan catatan usaha tertua yang msih dapat diselamatkan, kebudayaan mesir, dimana para juru tulisnya menjadi “ titik pusat dimana keseluruhan mesin perbendaharaan dn bagian-bagian lain berputar,” kebudayaan cina dimana akuntansi pemeritahannya memainkan peranan yang vital dan rumit pada masa dinasti chao, (1122-256 SM), kebudayaan yunani dimana Zenon seorang menejer dari wilayah Appolonius yang luas, memperkenalkan ditahun 256 SM sebuah system akuntansi pertanggungjawaban yang terperinci, dan kebudayaan romawi dengan hukum yang mengharuskan para pembayar pajak membuat pelaporan mengenai posisis keuangan mereka, dan imana hak-hak sipil bergantung kepada jumlah harta benda yang dilaporkan oleh para penduduknya.

Jika kita ingin melacak ilmu akuntansi yang amat penting kita harus kembali ke asal usulnya, kita secara alamiah akan meanganggap penemuan pertamanya akan berasal dari dari para pedangan yang pertama dan kita tidak dapat mengklaim hal tersebut pada masa itu selain orang-orang arab. Orang-orang Arab yang selama beberapa masa menunjukan kejayaanya didunia perdagangan tersebut melalui interaksinya dengan bangsa lain, dari merekalah orang-orang mesir harus melakukan suatu bentuk pertama dari akuntansi menurut cara perdagangan yang umum, dan kemudian dikomunikasikan keseluruh kota-kota di Timur Tengah.

  1. 2.      Kontribusi Lucas Pacioli

 Luca Pacioli adalah seorang pastur dari ordo Fransiskus , Dia orang yang pertama kali di asosiasikan dengan pengenalan pembukuan pencatatan berpasangan untuk pertama kalinya. Pada tahun 1494 Ia menerbitkan buku yang berjudul Summa de Arithmetica Geometria,Proportioni et Proportionalita yang di dalamnya terdapat dua buah bab _de Computis et Scripturis_ yang menjelaskan pembukuan pencatatan berpasangan. Risalahnya mencerminkan prakti-praktik yang berlaku di Venesia pada masa itu, kemudian dikenal sebgai “metode Venesia” atau “metode italia”. Luca Pasioli bukanlah penemu dari pembukuan pencatatan berpasangan , tetapi Ia yang menguraikan mengenai apa yang dipraktikkan pada masa itu, Ia menyatakan bahwa tujuan pembukuan adalah” untuk memberikan informasi yang tidak tertunda kepada para pedagang mengenai keadaan aktiva dan hutang-hutangnya. Debit (adebeo) dan kredit (credito) digunakan dalam pencatatan untuk memastikan sebuah pencatatan berpasangan. Seluruh pencatatan harus berpasangan.

 

3.  Perkembangan Pembukuan Pencatatan Berpasangan

1.Sekitar abad ke – 16 teradi beberapa perubahan didalam teknik-teknik pembukuan. Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkannya jurnal-jurnal khusus untuk pencatatan berbagai jenis transaksi yang berbeda.

2. Pada abad ke – 16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan periodic sebagai tambahan lagi diabad ke 17 dan 18 terjadi evolusi pada personifikasi dari seluruh akun dan transaksi sebagai suatu usaha untuk merasionalisasikan aturan debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang tidak pasti hubungannya dan abstrak.

3. Penerapan dari system pencatatan berpasangan juga diperluas kejenis-jenis organisasi yang lain.

4. Abad ke -17 mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda.

5. Dimulai dengan East India Company diabad ke-17 dan selanjutnya diikuti dengan perkembangan dari perusaahan seiring dengan revolusi industry,akuntansi mendapatkan status yang lebih baik,ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan akuntansi biaya dan kepercayaan yang diberikan kepada konsep-konsep mengenai kelangsungan,periodisitas dan accrual.

6. Pada abad ke-18 metode-metode untuk pencatatn aktiva tetap mengalami evolusi.

7. Abad ke-19 depresiasi untuk aktiva tetap hanya diperhitungkan pada barang dagangan yang tidak terjual. Pertengahan abad ke-19 Saliero pada tahun1915 menggunakan metode –metode depresiasi berikut ini.Metode garis lurus,metode saldo menurun,metode dana pelunasan dan anuitas,dan metode unit biaya. Setelah tahun 1930 beban depresiasi menadi lebih umum digunakan.

8. Akuntansi biaya muncul pada abad ke 19 sebagai sebuah hasil dari revolusi industry.Akuntansi biaya diawali oleh pabrik-pabrik tekstil pada abad ke 15.

9. Pada akhir abad ke 19 terjadi perkembangan pada teknik-tknik akuntansi untuk embayaran dibayar dimuka dan accrual,sebagai cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodic.

10. Akhir abad ke 19 dan ke 20 terjadi perkembangan pada laporan dana.

11.Diabad ke 20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi untuk isu-isu komplek,mulai dari hitungan laba persaham,akuntansi untuk perhitungan bisnis,akuntansi untuk inflasi,sewa jangka panjang dan pension,sampai kepada masalah penting dari akuntansi sebagai produk baru dari rekayasa keuangan.

 

 

 

 

  1. A.    PERKEMBANGAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DI AMERIKA SERIKAT

 

  1. 1.      Tahap konrtibusi Manajemen (1900-1933)

Pengaruh manajemen di dalam formulasi prinsip-prinsip akuntansi muncul dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomi dominan yang dimainkan oleh perusahaan-perusahaan industrisetelaah tahun 1900.

Pemain utama pada masa itu adalah asosiasi akuntan prefesional, American Institute of Accountants (AIA), pada tahun 1917 menetapkan suatu dewan pemeriksa ( Board of Examiners) untuk membuat suatu ujian CPA yang seragam, dan Bursa Efek New York, yang sejak tahun 1900 mensyaratkan seluruh perusahaan yang masuk bursa saham untuk menerbitkan laporan keuangan tahunan.

Kejadian penting yang lain dimasa itu adalah meningkatnya dampak dari teori akuntansi terhadap perpajakan atas laba usaha. Meskipun undang-undang tahun 1913 telah memberikan dasar kalkulasi laba pajak kena pajak dengan dasar penerimaan dan pengeluaran kas, undang-undang tahun 1918 adalah yang pertama yang mengakui peranan dari prosedur akuntansi di dalam penentuan laba kena pajak.seperti yang dinyatakan di dalam seksi 212 (b) dari undang-undang tersebut.

  1. 2.       Tahap Kontribusi Isnstitusi (1933-1959)

Tahap ini ditandai dengan adanya pembuatan dan peningkatan peranan industry di dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. Hal ini meliputi Pendirian Securities and Exchange Commission (SEC), Persetuan atas “ prinsip-prinsip umum “ oleh AIA dan peran baru yang dimainkan oleh Komite Prosedur Akuntansi ( Committee on Accounting Procedures_CAP ) masing-masing akan ditinjau dibawah ini.

  1. Pada tahun 1934, Kongres menciptakan SEC dengan tugas untuk mengelola beragam hukum-hukum investasi federal, termasuk undang-undang Sekuritas pada tahun 1933 yang mengatur penerbitan sekuritas dipasar-pasar antar Negara bagian dan undang-undang sekuritas tahun 1934 yang mengatur perdagangan sekuritas.
  2. Setelah publikasi yang dilakukan oleh Ripley didalam satu artikel yang mengkritik teknik-teknik pelaporan sebagai sesuatu yang memperdayakan, George o. May, Kebangsaan Inggris mengusulkan agar Institusi Akuntan Publik Berserikat Amerika   (American Institute of Certified Public Accounting_AICPA)memulai sebuah usaha kerja sama dengan bursa efek. Komite Mengusulkan percobaan resminya yang pertama untuk mengembangkan tehnik-tehnik akuntansi yang berlaku umum. Dikenal sebagai “ prinsip-prinsip umum”
  3. Setelah diterbitkannya ASR no.4 oleh SEC, yang menentang profesi akuntansi untuk “ memberikan dukungan subtansial dari yang berwenang” bagi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, dan meningkatnya kecaman dari Asosiasi Akuntansi Amerika  (American Accounting Association ) dan para anggotanya yang baru saja dibentuk, instuti selanjutnya pada tahun 1938 memusteskan member kuasa kepada Komite Prosedur akuntansi ( Committee Accounting Procedure _CAP) untuk mengumumkan keputusanya. CAP menerbitkan 12 Accounting Research Bulletins (ARB) selama periode 1938-1939

      3 . Tahap Kontribusi Profesional (1959-1973)

              Ketidak puasan terhadap CAP dengan sangat jelas diungkapkan oleh presiden AICPA,  Alvin R. Jennings, dengan pertanyaan mengenai “ seberapa sukseskah kita dalam mempersempit area-area yang memiliki perbedaan dan ketidakkonsistenan di dalam pembuatan dan penyajian dari informasi keuangan.” Suatu Komite Khusus yang dibuat di tahun 1957 dan 1958 mengusulkan untuk melakukan pembubaran CAP dan departemen Risetnya. AICPA menerima rekomendasi dari komite dan mendirikan di tahun 1959, Dewan Prinsip Akuntansi (Accounting Principles Board_APB) dan Divisi Riset Akutansi ( Accounting Research Division )dengan misi untuk memajukan pernyataan tertulis dari apa yang dinyatakan sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum . Accounting Research Division melanjutkn dengan publikasi daari proses yang masih diperdebatkandengan sengit yang bergantung pada pemberian alas an mengenai deduksi.

              APB juga menerbitkan berbagai opini mengenai isu-isu konvensional , mencapai  jumlah 31 Opini antara tahun 1959 dan 1973. Asosiasi Akuntansi Amerika juga ikut berpartisipasi di dalam proses ini melalui beberapa studi riset dan percobaan untuk mengembangkan suatu pernyataan yang terintegrasi dari teori akuntansi dasar usaha-usaha yang dilakukan tidak selalu berhasil, APB sndiri ditentang dan dikritik untuk:

–          Opini yang terbatas, konvensional atau ad hoc, termasuk APB 8 mengenai akuntansi pension, APB 11 mengenai alokasi pajak penghasilan, serta APB 2 dan 4 mengenai kridit pajak investasi.

–           Kegagalan untuk memecahkan masalah mengenai akuntansi bagi kombinasi bisnis dan goodwill.

              Anggapan bahwa terdapat mata rantai antara profesi dengan APB juga tidak membantu. Intervensi dari asosiasi dan agen-agen profesi dalam formulasi suatu teori akuntansi di picu oleh usaha-usaha untuk melenyapkan tehnik-tehnik yang tidak diketaui dan untuk ehnik-tehnik yang dapat diterima. Sekali lagi  ketergantungan terhadap asosiasi dan agen-agen seperti diatas bukannya tidak memiliki konsekwensi , seperti hal-hal berikut :

–          Asosiasi dan keagenan tidak berstandar pada kerangka kerja teoritis yang telah dibuat

–          Wewenamg atas pernyataan tidak dinyatakan dengan jelas

–          Adanya perlakuan alternative  memungkinkan adanya flekdibilitas didalam pemilihan teknik-teknik akuntansi.

              Ketidakpuasan akibat adanya intervensi profesional, seperti yang telah diungkapkan dalam tulisan oleh Briloff, adalah suatu cara yang efektif dalam menarik perhatian masyarakat umum akan adanya penyalahgunaan akuntansi yang mendominasi beberapa laporan tahunan tertentu.

 

  1. 4.      Tahap Politisasi (1973-sekarang)

              Keterbatasan yang dimiliki asosiasi professional maupun manajemen dalam memformulasikan suatu teori akuntansi telah mengarah kepada pengadopsian suatu pendekatan yang lebih deduktif sekaligus melakukan politisasi atas proses penetapan stndarnya_sebuah situasi yang diciptakan oleh pandangan yang  berlaku secara umum bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi prilaku berekonomi dan sebagai konsekuensinyaaturan-aturan akuntansi hendaknya dibuat dalam area politik.

              Sejak awal FASB telah menerapkan sebuah pendekatan deduktif dan quasi politikn dalam formulasi dari prinsip-prinsip akuntansi. Hal yang dilakukan oleh FASB mendapatkan nilai yang lebih baik, pertama, dengan adanya usaha untuk mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis atau kesepakatan dalam akuntansi, kedua dengan lahirnya berbagai kelompok yang berkepentingan , yang kontribusinya diperlukan bagi penerimaan umum atas standar baru. Oleh sebab itu proses penetapan standar memiliki aspek politis didalamnya.

              Hubungan dari organisasi-organisasi besar menyarankan agar “delapan besar” dan AICPA  memiliki kendaki atas standar-standar akuntansi yang di setujui oleh SEC. setelah menerangkan perlunya pemerintahan federal memastikan bahwa perusahaan yang dimilki public benar-benar bertanggung jawab kepada masyarakat.

  1. C.    AKUNTANSI DAN KAPITALISME

 

              Akuntansi dan kapitalisme saling dikaitkan oleh beberapa sejarawan ekonomi dengan adanya klaim umum bahwa pembukuan pencatatan berpasangan adalah suatu hal yang vital dalam perkembangan evolusi dari kapitalisme.

 

              Hubungan antara akuntansi dan kapitalisme selanjutnya dikenal sebgai tesis atau argument sombart .Ia mengemukakan bahwa transformasi aktiva menjadi nilai-nilai abstrak dan ekspresi kuantitaif dari aktivitas bisnis,dan akuntansi yang sistematis dalam bentuk pembukuan pencatatan berpasangan membuat adanya kemungkinan untuk seorang wirausahawan yang kapitalis untuk merencanakan,melakukan,dan mengukur dampak dari aktivitas yang ia lakukan serta melakukan pemisahan dari pemilik dan bisnis itu sendiri,sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan.

 

              Empat alasan berikut ini umumnya muncul untuk menjelaskan peranan dari pencatatan berpasangan didalam ekspresi ekonomi setelah berakhirnya abad pertengahan:

  1. Pencatatan berpasangan memberikan kontribusi bagi munculnya satu sikap baru atas kehidupan ekonomi.
  2. Semangat baru melakukan akuisisi ini didukung dan didorong oleh adanya perbaikan dari perhitungan-perhitungn ekonomis.
  3. Rasionalisme baru ini kian ditingkatkan lagi dengan adanya organisasi yang sistematis.
  4. Pembukuan pencatatan berpasangan mengijinkan adanya pemisahan atas kepemilikan dan manajemen dan karenanya meningkatkan pertumbuhan dari perusahaan besar dengan saham gabungan.
  5. D.    RELEVANSI SEJARAH AKUNTANSI

 

Sejarah akuntansi penting bagi pedagogi,kebijakan,dan praktik akuntansi.sejarah

kemungkinan kita untuk dapat memahami mas kini dan meramalkan atau mengendalikan masa depan kita.Sejarah akuntansi dapat dinarasikan oleh episode-episode yang saling berhubungan dengan suatu cara tertentu.spesifik,dan non analitis.dengan uraian mengenai teori keilmuan,pekerjaan individu yang unik,system nilai mereka dan kritik yang diberikan pada pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan atau interpretasional dengan memberikan penjelasan dari episode-episode tersebut.

            Relevansi sejarah akuntansi terhadap praktik,kebijakan dan pedagogi akuntansi menuntut lebih banyak pertanyaan yang dilontarkan mengenai sejarah akuntansi.Area yang didiskusikan dari riset sejarah ini akan mencakup area-area seperti biografi,sejarah institusional,perkembangan pemikiran,sejarah umum,sejarah penting.taksonomi dan basis data bibiografi,dan historiografi.

 

  1. E.     ISU-ISU AKUNTANSI INTERNASIONAL

 

  1. 1.      Defenisi akuntansi internasional

Weirich dan beberapa penulis lain memberikan klarifikasi yang bermanfaat atas definisi-definisi ini,dengan mengidentifikasi tiga konsep utama:

–          Akuntansi untuk induk perusahaan-anak perusahaan diluar negeri atau akuntansi untuk anak perusahaan.

–          Akuntansi komparatif atau internasional

–          Akuntansi universal atau dunia

Konsep dari akuntansi universal atau dunia adalah yang paling luas ruang lingkupnya.Konsep ini mengarahkan akuntansi inetrnasional menuju formulasi dan studi atas satu kumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara universal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan satu standardisasi lengkap atas prinsip-prinsip akuntansi secara internasional.

Konsep dari akuntansi komparatif atau akuntansi internasional mengarahkan akuntansi internasional kepada studi dan pemahaman atas perbedaan-perbedaan nasional didalam akuntansi. Hal ini meliputi:

–          Kesadaran akan adanya keragaman internasional didalam akuntansi perusahaandan praktik-praktik pelaporan

–          Pemahaman akan prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi dari masing-masing Negara.

–          Kemampuan untuk menilai dampak dari beragamnya praktik-praktik akuntansi pada pelaporan keuangan

 

Akuntansi internasional mencakup dua pendekatan deskriptif dan informative.menurut konsep ini,akuntansi internasional meliputi seluruh jenis prinsip,metode dan standar akuntansi yang dimiliki oleh semua Negara.

 

Munculnya paradigma baru didalam akuntansi internasional memperluas kerangka kerja dan pemikiran untuk memasukkan ide-ide baru dari akuntansi internasional.sebagai akibatnya terbit daftar yang sangat panjang akan konsep-konsep dan teori-teori akuntansi yang dibuat oleh Amenkhienan untuk memutuskan hal-hal berikut:

  1. Teori universal atau dunia
  2. Teori multinasional
  3. Teori komparatif
  4. Teori transaksi-transaksi internasional
  5. Teori translasi

Masing-masing teori diatas memberikan dasar bagi pengembangan dari sebuah kerangka kerja konseptual untuk akuntansi internasional meskipun aka terdapat argumentasi mengenai teori yang manakah akan lebih disukai yaitu tiga teori yang pertama memiliki lebih banyak pengikut daripada dua teori sisanya.

Kondisi-kondisi lingkungan dapat dipastikan akan memberikan dampak kepada penentuan dari standar akuntansi yang mencakup hal-hal berikut ini:

  1. Relativisme cultural: dimana konsep-konsep akuntasi disuatu Negara tertentu adalah sama uniknya dengan cirri-ciri kebudayaan lainnya.
  2. Relativisme linguistic dimana akuntansi sebagai suatu bahasa dengan sifat leksikal dan tata bahasanya akan mempengaruhi perilaku linguistic dan non linguistic dari para penggunanya.
  3. Relativisme politik dan sipil dimana konsep-konsep akuntansi disetiap Negara manapun akan bergantung kepada konteks politik dan sipil dari Negara tersebut.
  4. Relativisme ekonomi dan demografis dimana konsep-konsep akuntasi disetiap Negara manapun akan bergantung kepada konteks ekonomi dan demografis dari Negara tersebut.
  5. Relativisme hokum dan perpajakan dimana konsep-konsep akuntansi disetiap Negara manapun akan bergantung kepada dasarhukum dan perpajakan dari setiap Negara tersebut

 

  1. 2.      Harmonisasi standar akuntansi

 

  1. a.      Arti harmonisasi standar akuntansi

istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memiliki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda.istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada standardisasi,terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu Negara hendaknya harus diterapkan oleh semua Negara yang lain. Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan dipahami secara internasinal.

  1. b.      Manfaat dari harmonisasi

Terdapat bermacam-macam keuntungan dari harmonisasi pertama bagi banyak Negara,belum terdapat suatu standar kodifikasi akuntansi dan audit yang memadai.Kedua internasionalisasi yang berkembang dari perekonomian dunia dan meningkatnya saling ketergantungan dari Negara-negara didalam kaitannya dengan perdagangan dan arus investasi,internasional adalah argumentasi yang utama dari adanya suatu bentuk standar akuntansi daan audit yang berlaku secara inernasional. Ketiga adanya kebutuhan dari perusahaan perusahaan untuk memperoleh modal dari luar,mengingat tidak cukupnya jumlah laba ditahan untuk mendanai proyek-proyek dan pinjaman-pinjaman luar negeri yang tersedia,telah meningkatkan kebutuhan akan harmonisasi akuntansi.

   

  1. B.        Batasan pada harmonisasi

            Argumentasi berikut ini pada umumnya dikemukakan untuk membenarkan sikap pesimistis ini: Pertama pemungutan pajak bagi semua Negara adalah sumber permintaan yang terbesar akan adanya jasa-jasa akuntansi,karena system pemungutan pajak berbeda-beda secara internasional,dengan mudah dapat diperkirakan bahwa ia akan mengarah kepada perbedaan didalam prinsip-prinsip dan system akuntansi yang digunakan secara internasional. Kedua kebijakan-kebijakan akuntansi hamper selalu dibuat untuk mencapai sasaran politik ataupun ekonomi yang kompatibel dengan system perekonomian atau politik yang menyertai disuatu Negara tertentu. Karena hanya sedikit harapan untuk memenuhi satu system polotik atau ekonomi tunggal secara internasional,dapat diperkirakan bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi didalam system politik dan ekonomi akan terus menjadi halangan bagi harmonisasi akuntansi internasional. Ketiga beberapa rintangan bagi harmonisasi internasional diciptakan oleh para akuntan itu sendiri melalui persyaratan lisensi nasional yang ketat.

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. A.    KESIMPULAN

 

Makalah ini menyajikan segi-segi yang penting dari sejarah dan perkembangan akuntansi.Evolusi historis dari akuntansi akan memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai sebagian besar kejadian-kejadian penting yang membentuk kemunculan dari pembukuan pencatatan berpasangan dan perkembangan dari akuntansi modern.

           

Hal ini meningkatkan kemampuan orang yang berminat terhadap disiplin ilmu akuntansi dalam membuat pertimbangan dengan dasar yang lebih luas dan berdasarkan informasi. Disamping itu akan meningkatkan kita untuk menghubungkan masa lalu dengan apa yang telah dipraktikan dan apa yang seharusnya dipraktikan,atau dengan kata lain mata rantai antara kondisi historis dan kedua kondisi positif dan normative,Sebuah mata rantai yang mendukung pandangan dari sejarah sebagai suatu produk cultural yang diperoleh dari konteks penuh lingkungan social,politik,ekonomi dan temporal.

 

  1. B.     SARAN

           Kita sebagai seorang calon sarjana akuntansi atau orang yang mempelajari dan memperdalam ilmu akuntansi sudah sepantasnya kita mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan akuntansi.

  1. C.    KRITIK

           Kami selaku pembuat makalah merasa masih banyak terdapat kekurangan disana sini , jadi  kami mohon kritik dan sarannya demi tercapainya kesempurnaan di masa yang akan datang.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Yadiati,Winwin.2007.Teori Akuntansi Suatu Pengantar.Jakarta:Kencana

Riahi,Ahmed.2006.Accounting Theory.Jakarta:Salemba Empat

Niswonger,Warren,Dkk.1999.Prinsip-Prinsip Akuntansi.Jakarta:Erlangga

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

gambaran sifat-sifat akuntansi

Akuntansi

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.   Latar Belakang

Banyaknya pendapat tentang Akuntansi mengakibatkan banyaknya perdebatan dikalangan kita. Mengenai apakah akuntansi itu sebagai ilmu atau seni, dan banyak orang yang tidak mengerti peranan akuntansi itu sendiri. Akuntansi sebagai seni bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna  untuk bidang – bidang tertentu. Adanya riset dan praktik yang menjadikan akuntansi sebuah ilmu yang lengkap. Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi sebagai seni menyarankan agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus diajarkan dan memerlukan pendekatan logistic terhadap akuntansi.sifat – sifat dari praktik akuntansi meliputi kejujuran, kepedulian, sensitive terhadap nilai kerja sama dan konflik, komunikatif, serta penyebaran informasi ekonomi dengan memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan keputusan. Akuntansi yang diajarkan apakah sebagai ilmu atau keahlian akan mempengaruhi cara pandang terhadap bidang studi akuntansi. Praktik dan proses akuntansi sangat perlu diperhatikan dan dipahami bagaimana karakteristik sifat dan peranan akuntansi , prinsip – prinsip akuntansi serta siklus akuntansi.

 

  1. B.   Tujuan

Peranan dari akuntansi dapat memberikan informasi mengenai lingkungan prilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas – aktivitas perusahaan dalam lingkungannya. Dari siklus akuntansi dapat diketahui laporan keuangan perusahaan atau lembaga lainnya mengenai laporan posisi keuangannya, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan investasi dan distribusi kepada pemilik.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.          Pengertian Akuntansi

Menurut AICPA (American Institute of Certified Publik Accountants), Akuntansi adalah suatu seni pencatatan,pengklasifikasian,dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan dinyatakan dalam nilai mata uang,semua transaksi serta kejadian yang paling tidak sebagian bersifat finansial dan dari catatan itu dapat ditafsirkan hasilnya.

Menurut AAA (American Accounting Association), Akuntansi adalah proses mengidentifikasi/mengenali,mengukur,mengomunikasikan,dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

 

  1. B.          Gambaran dari sifat – sifat akuntansi

Menurut Belkaoui (1986) beberapa gambaran sifat-sifat akuntansi :

  1. Akuntansi sebagai suatu ideologi

Bahwa akuntansi sebagai alat untuk melegitimasi keadaan dan struktur sosial,ekonomi dan politik kapitalis. Akuntansi dianggap sebagai mitos,simbol, dan ritus yang berperan menciptakan aturan simbolis tempat masyarakat berintegrasi.

Iwan Triono (2000) menganggap bahwa akuntansi itu tidak bebas nilai,akuntansi juga telah dijadikan sebagai suatu alat untuk melegitimasi dan mendukung ideologi kapitalis,materialis atau penguasa organisasi. Oleh karena itu menurut beliau kalau ideologi seseorang berbeda, dengan ideologi yang melahirkan akuntansi konvensional,yaitu kapitalisme,maka mestinya konsep akuntansinya pasti akan berbeda. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Gambling dan Karim (1987) yang memberikan teori colonial model. Yang menganggap bahwa ,jika suatu masyarakat memiliki ideologi atau pandangan hidup islam,maka masyarakatnya akan menggunakan konsep ini dalam kegiatan sosial dan ekonominya,sehingga akan membentuk akuntansi dan teori akuntansinya sendiri yang berbasis ideologinya.

  1. Akuntansi sebagai bahasa

Akuntansi merupakan bahasa perusahaan yang dapat berbicara(berkomunikasi) sendiri tentang suatu perusahaan atau organisasi yang dilaporkannya.

 

 

  1. Akuntansi  sebagai catatan historis.

Akuntansi dianggap sebagai wahana untuk memberikan gambaran sejarah organisasi dan transaksi yang dilakukan dengan lingkungannya pada masa lalu. Catatan ini merupakan gambaran bagaimana manajemen mengelola kekayaan pemilik. Transaksi yang lalu itu dicatat, dibukukan dan dilaporkan melalui laporan keuangan.

  1. Akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini.

Akuntansi dianggap dapat memberikan gambaran realitas ekonomi perusahaan pada saat ini. Sehingga laporan akuntansi dianggap menggambarkan situasi ekonomi perusahaan pada saat sekarang sehingga sistem akuntansi harus menggunakan harga saat ini (current value).

  1. Akuntansi sebagai sistem informasi.

Akuntansi merupakan teknik yang menggambarkan proses yang menghubungkan sumber data melalui channel komunikasi dengan para penerima informasi.

  1. Akuntansi sebagai komoditi.

Akuntansi keuangan harus mampu merespons kebutuhan para pemakai agar tetap menjadi komoditi yang laku dipasaran. Jika akuntan hanya mampu mengetahui proses pembukuan maka akuntansi tidak akan bernilai komoditi. Sehingga saat ini akuntansi sebagai komoditi mendapat ujian dengan adanya perkembangan ilmu komputer yang telah mengambil ahli perangkat teknologi misalnya komputer telah membantu dalam proses pembuatan transaksi menjadi laporan keuangan.

  1. Akuntansi sebagai sistem pertanggungjawaban.

Akuntansi sebagai media untuk mempertanggungjawabakan pengelolaan suatu perusahaan atau lembaga kepada principal. Dengan adanya akuntansi, sumber- sumber kekayaan, yang dikelola dapat ditelusuri, dapat diketahui arus masuk dan keluarnya, serta hasil yang diperoleh dari transaksi yang terjadi beserta posisi masing-masing kekayaan pada suatu tanggal tertentu dan hasil usahanya pada suatu periode. Gambaran ini mencakup dalam laporan keuangan yang berfungsi baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.

  1. Akuntansi sebagai teknologi

Bambang Sudibyo (1987) mengajukan argumen tentang posisi akuntansi sebagai teknoligi dan bukan sebagai science dan art. Menurut beliau akuntansi itu adalah bagian dari praktik,sedangkan jika akuntansi dianggap sebagai teori,maka untuk bisa dipakai mempengaruhi sosial harus terlebih dahulu di olah menjadi teknologi. Teknologi secara langsung akan dapat mengubah sosial, teknologi bisa menjembatani antar teori dengan praktik. Menurut subdibyo akuntansi adalah teknologi perangkat lunak. Akuntansi tidak ditujukan untuk menerangkan dan meramalkan perilaku variabel-variabel, sosial/ekonomi tertentu melainkan untuk mengendalikan variabel. Guna memperbaiki status ekonomi karenanya status sosial dari perilakunya. Wujud yang lebih konkrit dari akuntansi sebagai perangkat lunak adalah bahwa akuntansi merupakan disiplin rekayasa informasi dan pengendalian (kontrol) keuangan.

 

  1. C.           Sifat Dasar Akuntansi

Sifat yang mendasari akuntansi  merupakan konsep yang harus diyakini kebenarannya sebagai dasar ilmu akuntansi itu dibangun. Dalam APB (Accounting Principle Board) statement No.4 dijelaskan beberapa sifat dasar dari akuntansi sebagai berikut.

1)      Accounting Entity

Dalam menyusun informasi akuntansi, yang menjadi fokus pencatatan akuntansi adalah entity atau lembaga, unit organisasi tertentu yang harus jelas sebagai suatu entity yang terpisah dari badan atau entity yang lain.

2)      Going Concern

Dalam menyusun laporan keuangan harus dianggap bahwa perusahaan (entity) yang dilaporkan akan terus beroperasi dimasa yang akan datang.

3)      Measurement

Akuntansi adalah sebagai alat pengukuran sumber-sumber ekonomi (economic Resources) dan kewajiban (liability) beserta perubahannya yang terjadi akibat operasi perusahaan. Akuntansi mengukur nilai suatu aset, kewajiban, modal, hasil, dan biaya.

4)      Time period

Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu tertentu, tanggal tertentu atau periode tertentu. Neraca menggambarkan nilai kekayaan, utang, dan modal pada saat atau pada tanggal tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan informasi hasil (pendapatan dan biaya) usaha pada periode tertentu. Sementara itu, laporan Arus Kas menggambarkan informasi arus kas masuk dan keluar pada periode tertentu, dari satu tanggal ke tanggal lain.

 

 

5)      Monetery unit

Pengukuran yang dipakai dalam akuntansi adalah dalam bentuk ukuran moneter atau uang.

6)      Accrual

Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan tanpa melihat apakah transaksi kas telah dilakukan atau tidak.

7)      Exchange price

Nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada harga pertukaran yang diperoleh dari harga pasar sebagai pertemuan bargaining antara pembeli (demand) dan penjual (supply).

8)      Approximation

Adanya penafsiran – penafsiran, baik nilai, harga, umur, jumlah penyisihan piutang, kerugian dan sebagainya.

9)      Judgment

Dalam menyusun laporan keuangan banyak diperlukan pertimbangan – pertimbangan akuntan atau manajemen berdasarkan keahlian atau pengalaman yang dimilikinya.

10)  General purpose

Informasi yang disajikan dalam keuangan yang dihasilkan akuntansi keuangan ditujukan buat pemakai secara umum, bukan pemakaian khusus. Tidak ditujukan khusus kepada bankir, investor, kreditor, analis, manajemen, atau karyawan, tetapi kesemua pihak.

11)  Interrelated statement

Neraca, Datar Laba Rugi, dan Laporan Sumber dan penggunaan kas mempunyai hubungan yang sangat erat dan berkaitan satu sama lain. Ini merupakan salah satu alat kontrol akuntansi akuntansi sehingga tidak mudah melakukan rekayasa laporan begitu saja tanpa memperhatikan hubungan satu pos (akun) dengan pos lainnya.

12)  Substance over form

Akuntansi memberikan informasi yang dipercaya bagi pengambil keputusan, akuntansi lebih menekankan penggunaan informasi yang berasal dari kenyataan ekonomis suatu kejadian daripada bukti legalnya. Misalnya, dalam akta notaris modal disetor penuh, tetapi kenyataan setoran (transaksi) belum ada.

 

13)  Materiality

Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting dan dalam setiap pertimbangan yang dilakukannya tetap melihat signifikannya.

 

  1. D.          Prinsip – prinsip Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi itu antara lain :

  1. Prinsip biaya

Yaitu dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa,beban,biaya,dan ekuitas. Dengan kata lain suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi.

  1. Prinsip pendapatan

Pendapat berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan,klien,atau penyewa untuk barang dan jasa yang disediakan bagi mereka. Pendapatan juga mencakup keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva ( selain saham yang diperdagangkan), bunga,dan dividen yang diperoleh dari investasi,dan peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari konstribusi modal dan penyesuaian modal.

  1. Prinsip pengaitan

Menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait yaitu pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui.

  1. Prinsip objektivitas

Prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda:

  • Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat tidak memihak dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur.
  • Pengukuran objektif adalah pengukuran variable dalam hal bahwa pengukuran tersebut didasarkan pada bukti.
  • Pengukuran objektif adalah hasil dari kesepakatan diantara sekelompok pengamat atau tertentu.
  • Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indicator dari tingkat objektivitas system pengukuran tertentu.
  1. Prinsip konsistensi

Prinsip konsistensi menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsistendari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna.

  1. Prinsip pengungkapan penuh

Mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan.

  1. Prinsip konservatisme

Prinsip konservatisme adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal.

  1. Prinsip materialitas

Prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengeculian atau modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat,tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

  1. Prinsip keseragaman dan komparabilitas

Prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan.

  1. Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi

Ketepatan waktu dari laba akuntansi adalah sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Konservatisme adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian ekonomi,relative terhadap keuntungan ekonomi.

 

  1. E.          Siklus Akuntansi
    1. 1.      Laporan Neraca ( Balance Sheet Stayement )

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang terdiri dari :

  1. Aktiva ( harta kekayaan )
  2. Kewajiban
  3. Modal pada suatu tanggal tertentu

Bentuk neraca keuangan ada 2 macam yaitu :

  1. Bentuk skontro atau daftar ( account form )
  2. Bentuk  vertical atau laporan ( report form )
    1. 2.      Laporan laba rugi ( Income Statement )

Merupakan suatu laporan sistematis yang menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.ada 2 macam bentuk laporan laba rugi yaitu:

  • Bentuk single step
  • Bentuk multi step

Dalam praktek pembukuan di Indonesia biasa nya sering di gunakan multi step.

  1. 3.      Laporan  perubahan ekuitas ( capital statements ) dan Laporan saldo laba             ( retained earning statements )

Biasanya perusahaan perseorangan, laba atau rugi yang di peroleh perusahaan berpengaruh kepada jumlah modal pemilik.modal dapat juga berubah karna adanya tambahan investasi  dari pemilik atau pengambilan pribadi oleh pemilik.Untuk perusahaan terbatas (PT) laba atau rugi juga berpengaruh kepada jumlah laba di tahan, bukan pada modal saham.laporan ini merupakan laporan perubahan laba di tahan pada akhir periode  suatu laporan keuangan.

  1. 4.      Laporan arus kas ( statement of cash flow )

Menurut PSAK No.2 laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan menggunakan kas.komponen laporan :

 

v  Kas, terdiri dari saldo kas dan rekening giro bank

v  Setera kas merupakan investasi yang sifat nya sangat liquid yang segera di jadikan kas.

Setara kas ( cash equivalent ) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

Setara Kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan sebagi setara kas, suatu investasi harus segera dapat dirubah menjadi kas, dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki resiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Karenanya, suatu investasi pada umumnya memenuhi syarat sebagai setara kas, hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu, misalnya tiga bukan atau kurang sejak tanggal perolehannya. Investasu dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebutadalah setara kas, misalnya saham preferen yang diperoleh dalam suatu periode singkat dari jumlah jatuh tenponya dan tanggal penebusan telah ditentukan.

v  Arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar

Arus kas tidak termasuk mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas atau setara kas, karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari pengelolaan kas entitas dan bukan sebagai bagian dari aktivitas operasi, investasi, dan pendannaan. Pengelolaan kas termasuk investasi kelebihan kas pada setara kas.

v  Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan dan aktivitas lain yang bukan investasi dan pendanaan

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indicator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas opearsi adalah :

  1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
  2. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;
  3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
  4. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
  5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
  6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak pengahasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; dan
  7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).

Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. Arus kas yang terkait dengan transaksi tersebut marupakan arus kas dari aktivitas inveatsi. Akan tetapi, pembayran kas untuk pabrikasi atau memperoleh asset yang dimiliki untuk dijual asalah arus kas dari aktivitas operasi. Penerimaan kas dari rental dan penjualan asset tersebut diakui sebagai arus kas dari aktivitas operasi.

Entitas dapat memiliki efek dan pinjaman yang diberikan (securities and loans) untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, yang dalam hal ini dapat dipersamakan dengan persediaan yang khusus  dibeli untuk dijual kembali. Oleh karena itu, arus kas yang berasal dari pembelian dan diperdagangkan tersebut diklasifikasikan sebgaai aktiviats operasi. Sama halnya dengan pemberian kredit oelh lembaga keuangan, pada umumnya diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, karena berkaitan dengan aktivitas penghasil utama pendapatan lembaga keuangan tersebut.

v  Aktivitas investasi adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain.

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah penting karena kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas asa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah :

  1. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lain termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri;
  2. Penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lain;
  3. Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument akuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
  4. Penerimaan kas dari penjualan instrument utang dan instrument ekuitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimilki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
  5. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
  6. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diebrikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
  7. Pembayaran kss sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan , atau jika pembayraan tersebut diklasifiksikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
  8. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai posisi arus kas terindentifkasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang dilindungi nilainya.

v  Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.

 

 

ex:

  • Penerimaan emisi saham
  • Obligasi
  • Pinjaman
  • Wesel
  • Hipotik
  • Pembayaran kepada pemegang saham
  • Pelunasan pinjaman

 

Metode yang di gunakan untuk menyusun laporan arus kas adalah metode langsung (direct methods)

 

  1. 5.      Catatan atas  laporan keuangan

Umum nya catatan atas laporan keuangan terbagi atas  2 bagian yaitu:

1)      Informasi umum yang meliputi nama dan alamat lengkap perusahaan, dokumen perjanjian, susunan pemilik atau pemegang saham, komposisi  pemilik modal, susun pengurus.

2)      Kebijakan akuntansi meliputi prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, metode, system dan prosedur yang digunakan manajemen dalam peyusunan dan penyajian laporan keuangan ( PSAK No 1 )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KESIMPULAN

Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan dinyatakan dalam nilai mata uang, semua transaksi serta kejadian yang paling tidak bersifat finansial dan dari catatan itu dapat ditafsirkan hasilnya.

Menurut Belkaoui (1986) beberapa gambaran sifat-sifat akuntansi adalah sebagai berikut: akuntansi sebagai ideologi, akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan historis, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditi, akuntansi sebagai sistem pertanggungjawab, akuntansi sebagai teknologi.

Prinsip-prinsip akuntansi yaitu prinsip biaya, prinsip pendapatan, prinsip pengaitan, prinsip objektivitas, prinsip konsistensi, prinsip pengungkapan penuh, prinsip konservatisme, prinsip keseragaman dan komparabilitas, ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi.

Laporan neraca menggambarkan keadaan masa kini, laporan laba rugi menggambarkan keadaan masa lalu, dan laporan perubahan dana atau kas menggambarkan keadaan yang akan datang. Akuntansi sebenarnya lebih dominan pemakainya dipasar modal. Informasi akuntansi yang disajikan melalui laporan keuangan merupakan media utama bagi investor dipasar modal untuk memberikan keputusan ekonomis tentang pilihan investasi yang akan dilakukannya dipasar modal. Siklus akuntansi itu sendiri antara lain laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan saldo laba, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

sosial akuntansi

Sosial Akuntansi

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Ia bisa memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, ia membayar pajak, memberikan sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapat legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya.

Namun, lama kelamaan karena memang perusahaan ini dikenal juga sebagai “binatang ekonomi” yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari bahwa dampak yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama semakin besar yang sukar dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, dan produksi makanan haram. Dampak luar ini disebut Externalities.

Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan masyarakat, masyarakat pun menginginkan agar dampak ini dikontrol sehingga dampak negatif, external diseconomy atau social cost yang ditimbulkannya tidak semakin besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selama ini dikenal hanya memberikan inormasi tentang kegiatan perusahaan dengan pihak ketiga, maka dengan adanya tuntutan ini maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya. Hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non-reciprocal artinya transaksi itu tidak menimbulkan prestasi timbal-balik dari pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang mencatat, mengukur, melaporkan, externalities ini disebut dengan Socio Economy Accounting (SEA) atau sebagian menyebutnya akuntansi sosial.

Ilmu Socio Economy Accounting (SEA) atau akuntansi sosial ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengindentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

Defenisi dari Ahmed Belkaoui menyatakan bahwa “SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.”

Social Economy Accounting merupakan pengukuran mengenai bagaimana efisiensi suatu sistem ekonomi berfungsi dan memberikan data periodik yang menyangkut indikasi posisi suatu negara menyangkut ukuran externalities. SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem ekonomi yang bercirikan sintese, dari ekonomi antara Social Economy dan Institutional Economy. Social Economy mempunyai komitmen yang dalam terhadap kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institutionalist mempunyai komitmen yang besar terhadap pragmatisme dalam menganalsis sosial ekonomi masyarakat. Negara kita adalah negara yang memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya, oleh karena itu SEA ini penting diterapkan bahkan diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara kita.

 

  1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :

  1. Memberi gambaran tentang posisi akuntan terhadap sosial ekonomi akuntansi,
  2. Memberi gambaran bagaimana solusi akuntan terhadap penerapan prinsip dan standar akuntansi,
  3. Memberi gambaran bagaimana pelaporan sosial ekonomi akuntansi,
  4. Memberi gambaran corporate social responsibility perusahaan terhadap isu-isu yang berkembang dimasyarakat.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Posisi Akuntan

1.1.Teori agensi

Menurut ikhsan dan ishak (2005), teori agensi didasarkan pada teori ekonomi. Dari sudut pandang  teori agensi, prinsipal (pemilik atau manajer puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan.

Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa prinsipal bersifat netral terhadap resiko dan sementara agen bersifat menolak usaha dan resiko. Agen dan prinsipal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan sering kali kepentingan antara keduanya berbenturan. Menurut pandangan prinsipal, kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut didasarkan pada hasil, sementara menurut pandangan agen, dia lebih suka jika sistem kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tetapi juga tingkat usaha.

Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen menyebabkan timbulnya asimetri informasi, dimana agen lebih mengetahui kondisi riil perusahaan dibandingkan dengan prinsipal, sehingga prinsipal tidak tahu apakah usaha yang dilakukan agen memang sudah benar-benar optimal.

 

1.2.Teori stakeholder

Berdasarkan teori stakeholder (Ihyaul, 2009), manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan, dan lain-lain), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.

 

Lebih lanjut Ihyaul (2009) menyatakan bahwa teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder.

Tujuan utama dari stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

Teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, yaitu baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Ihyaul, 2009). Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini.

Penciptaan nilai (value cretion) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan stakeholder.

Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Ihyaul, 2009 ). Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.

Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.

1.3.Teori legitimasi

Teori leigitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat (Ihyaul, 2009). Menurut Ihyaul (2009), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial” antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar  harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi (Ihyaul, 2009).

Berdasarkan teori legitimasi (Ihyaul, 2009), organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial. Hal ini seringkali dapat dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan disclosure untuk mendemostrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan keberadaan pengaruh negatif aktifitas organisasi. Sejumlah studi terdahulu melakukan penilaian atas pengungkapan sukarela laporan tahunan dan memandang pelaporan informasi lingkungan dan sosial sebagai metode yang digunakan organisasi untuk merespon tekanan publik.

 

  1. Posisi akuntan dalam lingkungan sosial ekonomi akuntansi

Menurut Arfan dan Ishak (2005), Walaupun para akademisi dan praktisi akuntan telah membahas bagaimana profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tanggung jawab sosial perusahaan sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960-an, kemajuan utama dalam bidang ini dibuat sejak akhir 1970-an.

                        Pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an banyak yang memerhatikan kebutuhan akan akuntansi sosial perusahaan. Robert Bayer menulis:

“pembatasan pada penggunaan udara dan air yang “bebas”, juga merupakan masalah akuntansi sosial. Masyarakat kini menguji biaya-biaya yang selalu ada. Biaya dalam hal kehidupan dan kematian, bangunan dan benda seni yang hancur, pantai yang tercemar, daun-daun yang rusak, dan berbagai dampak berbahaya lainnya dari polusi. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa biaya-biaya ini ditransfer sejauh mungkin dari komunitas secara luas kepada pihak-pihak yang menimbulkannya dan memperoleh keuntungan darinya.”(Bayer, 1972)

 

                        Secara ringkas, literatur awal sosial ekonomi akuntansi (Arfan dan Ishak, 2005) menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik akan data-data ini. Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan audit sosial aktual.

                        Sosial ekonomi akuntansi (socio economic accounting) atau yang lebih sering disebut akuntansi sosial (Theodorus, 1986), merupakan proses penataan pengukuran dan pengungkapan dampak pengukuran antara perusahaan dan lingkungan masyarakatnya. Akuntansi sosial merupakan pengejewantahan tanggung jawab kemasyarakatan yang dipikul oleh perusahaan dan merupakan suatu panggilan baru bagi pertanggungjawaban perusahaan secara umum.

                        Pertukaran antara perusahaan dan masyarakat terutama terdiri atas pemakaian sumber-sumber kemasyarakatan (social resources) oleh perusahaan yang mengakibatkan timbulnya social cost. Sebaliknya apabila kegiatan perusahaan meningkatkan social resources maka yang terjadi adalah social benefit. Tujuan dari akuntansi sosial adalah mengukur dan mengungkapkan social cost dan social benefit kepada masyarakat yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan.

                        Perusahaan sering mengabaikan dampak kegiatan-kegiatan produksinya terhadap masyarakat. Dalam ilmu ekonomi (Theodorus, 1986), dampak ini diberi bermacam-macam nama seperti “third party effects”, “spillover effects” atau lebih jelasnya “external economis” kalau dampak itu menguntungkan, atau “external diseconomis” kalau dampak itu merugikan, atau secara umum diistilahkan externalities.

                        Sampai hari hari ini usaha para ahli ekonomi untuk menilai externalities suatu perusahaan dalam jumlah uang selalu mengalami kegagalan karena beberapa sebab. Pertama, kebanyakan externalities memang sukar diukur karena adanya mata rantai sebab akibat yang sangat rumit. Disamping itu pula, social cost banyak tergantung kepada besarnya persepsi dan kesadaran masyarakat tentang masalah itu.

                        Kasulitan-kesulitan yang disebutkan diatas dapat menjelaskan mengapa perusahaan enggan menganut akuntansi sosial. Menurut Theodorus (1986), social cost yang utama bagi perusahaan adalah:

  1. Merosotnya faktor kemanusiaan dalam produksi,
  2. Pencemaran udara,
  3. Pencemaran air,
  4. Berkurangnya dan rusaknya sumber-sumber hewani,
  5. Berkurangnya sumber-sumber energi sebelum waktunya,
  6. Erosi, berkurangnya kesuburan tanah, dan gundulnya hutan-hutan,
  7. Pengangguran.

Theodorus (1986) mengklasifikasikan ruang lingkup utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan mengenai akuntansi sosial sebagai berikut:

  1. Keterlibatan masyarakat,

Meliputi kegiatan-kegiatan yang terutama sekali akan memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, misalnya pembangunan dan pembiayaan rumah-rumah, kegiatan-kegiatan kedermawanan, perencanaan dan perbaikan kampung dan lain-lain.

  1. Sumber-sumber daya manusia,

Misalnya kegiatan-kegiatan yang memberi manfaat kepada pegawai, program latihan dan peningkatan keterampilan, perbaikan keadaan dan suasana kerja, dan lain-lain.

  1. Sumber-sumber fisik dan sumbangan-sumbangan lingkungan,

Dimaksudkan mutu udara dan air serta pengendalian pencemaran dan polusi disamping pemeliharaan atau konservasi sumber-sumber alam.

  1. Sumbangan barang dan jasa perusahan,

Dimaksudkan pertimbangan mengenai dampak dari produk perusahaan terhadap masyarakat, yakni memperhatikan mutu, pembungkus, iklan, dan lain-lain.

             Tetapi kita harus menyadari akuntansi sosial tidak diterima secara universal sebagai suatu bidang oleh para akademisi dan praktisi akuntan, dan tidak semua orang percaya bahwa perusahaan harus menghasilkan data akuntansi sosial. Masih banyak yang harus diteliti untuk membenarkan keberadaan akuntansi sosial. Hal ini terutama bagi para pengusaha yang berfikir liberal yang hanya memperhatikan kepuasan individu tanpa memperhatikan dampak yang timbul dari setiap kegiatan yang dilakukannya.

            Tetapi setidaknya para akuntan harus memahami ada faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam setiap laporan yang dibuatnya. Tidak diakuinya akuntansi sosial secara umum tidak harus menyebabkan para akuntan mundur dalam merumuskan kebijakan akuntansi sosial. Seperti akuntansi manajemen yang fleksibel, maka seharusnya akuntansi sosial juga dilaporkan dengan memahami kondisi di sekitar kita.

 

  1. Pendorong Munculnya Akuntansi Sosial

            Menurut Sofyan (1997), akuntansi sosial timbul karena adanya kecenderungan dari para ahli untuk mengalihkan kesejahteraan individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan mancari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek samping ke arah mencari laba yang berwawasan lingkungan. Kecenderungan ini dapat kita lihat dari beberapa paradigma berikut:

  1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial

            Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Perusahaan tidak akan maju tanpa dukungan dari konsumen dan lingkngan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya. Untuk mengetahui keterkaitan antara perusahaan dan lingkungan disekitarnya, mak akuntansi sosial ini sangat berperan.

 

 

  1. Kecenderungan terhadap kesadaran lingkungan

            Ada sebuah paradigma yang meyakini bahwa manusia adalah mahluk diantara macam-macam mahkluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi atau politik. Belakangan manusia semakin menyadari bahwa paradigma itu benar dan bisa dijadikan pedoman, sehingga perhatian kepada lingkungan semakin besar.

  1. Persepektif ekosistem

            Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Tanpa pembatasan terhadap tingkah laku manusia maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehancuran sehingga terjadi ketidakseimbangan terhadap ekosistem. Perspektif terhadap ekosistem ini mendorong lahirnya akuntansi sosial.

  1. Ekonomisasi vs sosialisasi

            Ekonomisasi mengarah perhatian hanya kepada kepuasan individual yang hanya mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat.sedangkan sosialisasi memperhatikan fokusnya terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya. walau sosialisasi ini belum tampak nyata namun pengaruh pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepentingan sosial. Akhirnya perlu alat ukur sampai sejauh mana pengaruh perusahaan terhadap masyarakat sehingga lahirlah akuntansi sosial.

 

  1. Pro kontra akuntansi sosial berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan

            Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak masih terus merupakan perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa idenya lah yang paling benar.

            Menurut Sofyan (1997), ada beberapa alasan pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial, yaitu:

a)      Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan,

b)      Keterlibatan sosial mungkin akan memengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi,

c)      Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan, investor dan lain-lain,

d)     Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat,

e)      Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat,

f)       Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini publik,

g)      Mengurangi tensi kebencian masyarakat terhadap perusahaan,

h)      Membantu kepentingan nasional.

            Dipihak lainalasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab perusahaan ini adalah sebagai berikut:

a)      Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuannya yaitu mencari laba,

b)      Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik,

c)      Dapat menimbulkan lingkungan bisnis yang monolitik,

d)     Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar

 

  1. Pelaporan eksternal akuntansi sosial

            Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah pengukuran yang cukup serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara internal maupun secara eksternal. Pelaporan dalam akuntansi sosial berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut adalah sekedar contoh pelaporan akuntansi sosial:

 

 

 

 

 

 

 

PT. Ezly Bazliyah

Socio Economic Operating Report

31 Desember 1993

(dalam ribuan)

 

 

 
   

 

  1. Kaitan dengan masyarakat:
    1. Perbaikan:
      1. Pelatihan orang cacat                                                                           Rp. 20.000
      2. Sumbangan pada lembaga pendidikan                                                 Rp.   8.000
      3. Biaya ekstra karena merekrut minoritas                                                           Rp. 10.000
      4. Biaya penitipan bayi                                                                              Rp. 22.000

Total perbaikan                                                                                          Rp. 60.000

 

  1. Kerusakan:

Penundaan pemasangan alat pengaman                                                     Rp. 28.000

Perbaikan (bersih) untuk masyarakat (I)                                                    Rp. 32.000

 

  1. Kaitan dengan lingkungan:
    1. Perbaikan:
      1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman                                                           Rp. 140.000
      2. Biaya pemasangan kontrol polusi                                                        Rp.     8.000
      3. Biaya pematian racun limbah                                                              Rp.    18.000

Total perbaikan                                                                                          Rp. 166.000

 

  1. Kerusakan:
    1. Biaya yang dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan                                  Rp. 160.000
    2. Taksiran biaya pemasangan penetral racun air                                     Rp. 200.000

Total kerusakan                                                                                         Rp. 360.000

  1. Defisit (II)                                                                                                 (Rp. 194.000)

 

  1. Kaitan dengan produk:
    1. Perbaikan:
      1. Gaji eksekutif sewaktu melayani komisi pengamanan produk              Rp. 50.000
      2. Biaya pengganti cat beracun                                                                Rp. 18.000

Total perbaikan                                                                                          Rp. 68.000

 

 

  1. Kerusakan:
    1. Pemasangan alat pengaman produksi                                                    Rp. 44.000

 

  1. Net perbaikan (III)                                                                                      Rp. 24.000

 

Total socio economic defisit 1993 (I+II+III)                                                        (Rp. 138.000)

 

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93                                                                         Rp. 498.000

 

Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993                                                       Rp. 360.000

 

 
   

 

 

 

sumber: Sofyan Syafri Harahap, 1991, “teori akuntansi”, hal.205

 

 

  1. Corporate social responsibility (CSR)

CSR adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu isu tertentu dimasyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik. Kontribusi dari perusahaan ini bisa berupa banyak hal, misalnya : bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang, dan lain-lain.

Disini perlu dibedakan antara program Corporate Social Responsibility dengan kegiatan charity. Kegiatan charity hanya berlangsung sekali atau sementara waktu dan biasanya justru menimbulkan ketergantungan publik terhadap perusahaan. Sementara, program Corporate Social Responsibility merupakn program yang berkelanjutan dan bertujuan menciptakan kemandirian publik.

Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk :

  1. Building Human Capital

Secara internal, perusahaan dituntut untuk meciptakan SDM yang andal. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya community development.

  1. Strengthening Economies

Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. Yaitu dengan mengadakan pelatihan kerja maupun pemberian beasiswa bagi penduduk yang berprestasi, dan memberi bantuan modal usaha.

  1. Assessing Social Chesion

Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.

  1. Encouraging Good Governence

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola dengan baik.

  1. Protecting The Environment

Perusahaan berupa keras menjaga kelestarian lingkungan.

 

 

 

Isu-isu terbaru tentang kepedulian dunia usaha dengan lingkungannya :

  1. Cause Promotions

Cause promotions ini dapat dilakukan dalam bentuk seperti meningkatkan awarness dan corcern masyarakat terhadap satu isu tertentu. Mengajak masyarakat untuk mencari tahu secara lebih mendalam mengenai suatu isu tertentu di masyarakat. Mengajak masyarakat untuk menyumbangkan uang, waktu ataupun barang milik mereka untuk membantu mengatasi dan mencegah suatu permasalahan tertentu. Mengajak orang untuk ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan event tertentu, misalnya : mengetahui gerak jalan, menandatangani petisi, dan lain-lain.

  1. Cause-related Marketing

Dalam cause related marketing ini, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang ataupun jasa, dimana sebagaian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonsikan untuk membantu mengatasi atau mencegah maslah tertentu.

  1. Corporate Social Marketing

Corporate social marketing berfokus pada bidang-bidang dibawah ini, yaitu: Bidang kesehatan, misalnya mengurangi kebiasaan merokok, HIV/AIDS, kanker dan lain-lain. Bidang keselamatan, misalnya keselamatan berkendara, pengurangan peredaran senjata api, dan lain-lain. Bidang lingkungan hidup, misalnya konservasi air, polusi, pengurangan penggunaan pestisida. Bidang masyarakat, misalnya memberikan suara dalam pemilu, menyumbangkan darah, perlindungan hak-ahk binatang.

  1. Corporate Philanthrophy

 Corporate Philanthrophy ini dilakukan perusahaan dengan memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, maupun perorangan ataupun kelompok tertentu.

  1. Corporate Volunteering

Community Volunteering adalah bentuk corporate social respontibility di mana perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya iktu terlibat dalam program corporate social respontibiliy yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

 

Keuntungan Melakukan Program Corporate Social Respontibility yaitu :

  1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.
  2. Layak mendapatkan social lincence to operate.
  3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan .
  4. Melebarkan akses sumber daya.
  5. Membentangkan akses menuju market.
  6. Mereduksi biaya.
  7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
  8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
  9. Meningkatkan semangat dan poduktivitas karyawan.
  10. Peluang mendapat penghargaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

 

  1. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas, maka dapat kita lihat bagaimana posisi akuntan dalam kaitannya dengan sosial ekonomi akuntansi atau yang biasa kita sebut akuntansi sosial. Akuntan bersama dengan praktisi dan akademisi adalah orang yang mempunyai andil besar dalam merumuskan dan melaporkan pelaporan akuntansi.

Dalam teori agensi, akuntan berperan sebagai agen yang ditunjuk oleh prinsipal sebagai orang yang menjalankan perusahaan bersama dengan jajaran manajer lainnya. Karena akuntan berperan sebagai agen maka akuntan mempunyai akses informasi yang besar tentang perusahaan, para akuntan juga yang bisa mengetahui secar lebih pasti apa yang harus dilakukan oleh perusahaan dan apa yang dibutuhkan oleh massyarakat sekitar perusahaan terkait dengan akuntansi sosial.

Tetapi setidaknya para akuntan harus memahami ada faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam setiap laporan yang dibuatnya. Tidak diakuinya akuntansi sosial secara umum tidak harus menyebabkan para akuntan mundur dalam merumuskan kebijakan akuntansi sosial. Seperti akuntansi manajemen yang fleksibel, maka seharusnya akuntansi sosial juga dilaporkan dengan memahami kondisi di sekitar kita

 

  1. SARAN

Makalah ini hanyalah sebuah ulasan  yang sangat sederhana sekali, jadi tentunya banyak sekali hal-hal yang belum tercantum dalam makalah ini. Tidak ada salahnya untuk dosen pembimbing dan para pembaca  yang  membaca makalah ini untuk lebih memberikan kritik dan menambahkan beberapa masukan materi yang belum terdapat di makalah kami  demi menyempurnakan ilmu dan pengetahuan kita semua.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital. Graha ilmu: Yogyakarta

Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Teori Akuntansi. Fajar Interpratama Offset: Jakarta

Tuanakotta, Theodorus M. 1986. Teori Akuntansi. Fekon UI: Jakarta

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat: Jakarta

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

n01

TEORI AKUNTANSI NORMATIF DAN POSITIF

A. Akuntansi Teori Apa Praktik

Akuntansi merupakan bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis dan hasil usahanya dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Definisi lain dapat juga dipakai untuk memahami lebih dalam pengertian akuntansi. Dalam buku A Statementof Basic Accounting Theory (ASOBAT) akuntansi diartikan sebagai berikut :

“ Proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternative dalam mengambil keputusan oleh para pemakainya “

Menurut komite terminologi American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) :

“ Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan,dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut.

Akuntansi dapat dipandang sebagai praktek dan teori, yang pada akhirnya dapat bermanfat pada berbagai bidang karena laporan keuangan digunakan sebagai pengambil keputusan. Akuntansi dipraktikkan dalam suatu wilayah negara merupakan suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Praktik akuntansi dipengaruh oleh berbagai faktor lingkungan, seperti faktor sosial, ekonomi, politik, dsb, dan hal ini yang menyebabkan praktik akuntansi dalam suatu wilayah negara tertentu tidak sama dengan negara lain.

Untuk melaksanakan suatu praktik akuntansi yang baik, tidak cukup hanya mempelajari akuntansi secara praktik saja. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan yang semuanya terangkum dalam teori akuntansi. Teori akuntansi sendiri merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengapa praktik akuntansi masih berjalan sampai saat ini.

Di dalam praktik akuntansi terdapat beragam permasalahan yang harus dipecahkan. Menyelesaikan permasalahan-permasalah tersebut tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman semata, namun untuk mencapai praktik akuntansi yang baik maka dalam menyelesaikan masalah juga diperlukan landasan teori yang baik.

Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik akuntansi , pengetahuan terhadap akuntansi akan mengimbangi berbagai pengalaman dan kemampuan praktis dalam menyelesaiakan masalah. Dengan teori akuntansi orang akan dapat melihat suatu permasalahan dengan perspektif yang lebih luas dan terinci tanpa teori yang melandasinya, praktik akuntansi yang baik bisa dipastikan tidak akan tercapai.

B. Praktek-Praktek Akuntansi Menuju Ke Teori

Pada hakikatnya para ahli akan sepakat apabila dikatakan bahwa fungsi akuntansi atau praktik pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis yang sudah dimulai lama, sejak adanya kejadian transaksi bisnis, bahkan sejak adanya kehidupan sosial ekonomi manusia.

Akuntansi sejak saat itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi dan semakin timbulnya pemisahan antara pemiliki perusahan dengan manajemen. Timbulnya revolusi industri pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang pertama di Inggris dikeluarkan untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undang-undang itu diatur tentang kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar uang dan dapat bertindak sebagaiman halnya perorangan. Perusahaan dapat dibentuk oleh kumpulan beberapa orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu badan. Keadaan inilah yang menimbulkan perlunya laporan , baik sebagai informasi dan pertanggungjawaban.

Beberapa masalah yang menimbulkan diperlukannya akuntansi adalah perkembangan ilmu yang berjalan sedemikian cepat, kegiatan ekonomipun berkembang demikian cepat dan menimbulkan berbagai teknik dan penerapan sistem akuntansi diantara perusahan-perusahan dalam melakukan praktik akuntansi sehingga masalah kebenaran dan perbandingan laporan keuangan menjadi masalah. Keadaan ini menimbulkan prasangka negatif bahwa manajemen dapat menyusun laporan keuangan sesuai dengan kehendak dan kepentingannya sehingga dia dapat memanipulasi laporan keuangan dan akibatnya laporan keuangan dianggap kurang bernilai dan sampai puncaknya pada tahun 1930 pada masa depresi berat di USA. Akhirnya USA membentuk SEC (Security Exchange Commission) sebagai salah satu lembaga yang banyak mendorong tercapainya suatu prinsip akuntansi yang baku. Dari lembaga ini munculah konsep, teori, dan perumusan – perumusan yang sistematis tentang teori akuntansi.

Pada awal dipraktikannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Oleh karena itu, orang bertanya untuk apa teori akuntansi, selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal maka yang terjadi adalah banyaknya alternatif metode pencatatan yang berlaku dalam praktiknya, semua bersifat diizinkan sehingga menyimbulkan kebinguan masyarakat. Vernon Kam mengumukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut :

a. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusunan standart akuntansi dalam menyusun standarnya.

b. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.

c. Menentukan dalam hal melakukan judgment dalam penyusunan laporan keuangan.

d. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan keuangan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

e. Meningkatkan kualitas yang dapat dibandingkan.

Teori merupakan kristalisasi dari fenomena empiris yang terjadi yang digambarkan dalam bentuk dalil-dalil yang disimpulkan dari fenomena-fenomena dan disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang berlaku secara umum. Teori biasanya diambil dari berbagai riset demi riset sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang dapat berlaku untuk semua, univesal, logis, konsisten, dapat diramalkan, objektif. Objektif penelitian adalah fenomena sosial dan ekonomi. Fenomena ini dikaji, diteliti, dan lahirlah suatu kesimpulan atau tesis, dari riset dan kesimpulan lain ditemukan antitesis dan lahirlah sintesis sehingga mengkristal menjadi teori yang selanjutnya akan dikaji berulang kali. Sepanjang suatu teori dapat mempertahankan diri dan kritikan dan verifikasi, dia tetap dinilai teori yang confirm dan masih berlaku.

Teori akuntansi dapat bermanfaat apabila rumusan teori itu dapat dijadikan sebagai alat untuk meramalkan apa yang diharapkan mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Kalau demikian halnya mestinya setiap negara harus memiliki dan merumuskan teori akuntansinya sendiri yang disimpulkan dari kondisi dan fenomena ekonomi sosial yang dimilikinya bukan mengambil alih sepenuhnya dari susunan teori akuntansi negara lain.

Hardibroto (media akuntansi 1998) menekankan pentingnya teori akuntansi. Menurut beliau ada sinyalemen yang berkembang yang menganggap bahwa seolah teori akuntansi tidak dibutuhkan. Alasan yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa akuntansi bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat menjelaskan semua gejala-gejala akuntasi di dalam praktiknya. Akuntansi bersifat teknis dan prosedural dia sama seperti mesin yang tidak memerlukan kreasi-kreasi atau inisiatif baru.

Pandangan ini keliru, teori akuntansi dapat memberikan penjelasan mengenai praktik akuntansi, menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatar belakangi penerapan suatu metode dalam praktik akuntansi. Misalnya, mengapa perusahaan yang satu menggunakan metode depresiasi sedangkan perusahaan lain menggunakan metode garis lurus.

Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian :

1. Asumsi-asumsi termasuk definisi variabel-variabelnya dan logika yang menghubungkan antara variabel tersebut. Asumsi-asumsi, definisi, logika dipergunakan untuk mengatur, menganalisis, memahami gejala emperis yang menjadi perhatian.

2. Himpunan hipotesis-hipotesis yang penting. Sedangkan hipotesis merupakan anggapan awal dari fenomena atau masalah yang akan dianalisis. Tujuan dari teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi.

Teori akuntansi akan dapat menjelaskan mengapa perusahaan lebih cenderung menggunakan metode LIFO dari pada FIFO. Teori akuntansi akan dapat mrmprediksi atau menemukan gejala akuntansi yang belum diketahui. Misalnya teori akuntansi dapat memberikan hipotesis mengenai sifat-sifat perusahaan yang memakai LIFO dibandingkan dengan menggunakan FIFO.

 

C. Dasar-Dasar Akuntansi Sebagai Teori

1. Teori Akuntansi dan Perumusannya

a. Pengertian dan Fungsi Teori Akuntansi

Dari definisi-definisi mengenai teori dan akuntansi di atas, dapat dilihat bahwa teori akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi karena tujuan utamaya adalah menjelaskan praktik akuntansi dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik tersebut.

Teori akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antarvariabel dengan variable lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat mejelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat:

1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi dinilai.

2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan ekonomi, social, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang demikaian cepat.

Teori Akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan teori-teori yang lain seperti matematika atau fisik. Chambers (1994) berpendapat bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik bukannya dikembangkan secara sistematik dari teori yang terstruktur. Lebih lanjut Chambers menyatakan:

Akuntansi telah digambarkan sebagai a body of practice yang dikembangkan sebagai anggapan terhadap kebutuhan praktik bukannya dikembangkan dari pemikiran yang sistematik dan terencana.

Goldberg (1949) juga sependapat dengan Chambers bahwa akuntansi tidak didasarkan pada cara-cara yang sitematis. Goldberg menyatakan:

Tidak ada teori akuntansi yang dihasilkan dari periode Pacioli sampai awal abad 19. Berbagai usulan tentang teori muncul disana- sini, tetapi tidak satupun yang menempatkan akuntansi pada cara-cara yang sistematis.

Meskipun Akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994). Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan.

Oleh karena preskripsi akuntansi dikembangakan untuk memecahkan masalah-masalah khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-model yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah umtuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews and Perera, 1993).

Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut:

1.Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun standarnya.

2.Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.

3.Menentukan batas dalam hal melakukan “judgment” dalam penyusunan laporan keuangan.

4.Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

5.Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut:

1.Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktek akuntansi.

2.Memberikan pedomen terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang baru.

2. Sifat Teori Akuntansi

Menurut Ahmed Belkaoui yang menyatakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang lengkap pada setiap kurun waktu. Oleh karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua literature akuntansi yang meberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain.

Senada dengan kesimpulan di atas American Accounting Association’s Committee on Concepts and Standard for External Reports yang menyebutkan bahwa:

1. Tidak ada teori akunatansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan memenuhi keingainan semua keadaan dan waktu dengan efektif, oleh karenanya.

2. Di dalam literature akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.

Dalam perumusan teori akuntansi tidak apat hanya mengandalkan teori ansich, harus menggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu yang relevan. Namun teori akuntansi merupakan instrumen yang sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk disajikan pada para pemakainya.

3. Periodisasi Teori Akuntansi

Godfrey dkk(1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut :

a. Pry-teory period(1942-1800)

Paragallo mengatakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak pacioli sampai pada awal abad ke 19. kalaupn ada saran saran atau pernyataan –pernyataan belum dapat digolongkan sebagi teori atau pernyataan yag sisitematis.

b. General sceintific period(1800-1955)

Dalam periode ini sudah ada teori akuntansi yang penekanannya ada kerangka kerja untuk menje;laskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuyntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan sehari hari atau realitas bukan berdasarkan pada logika. Laporan AAA (“A Tentative statment of acaunting principles affecting corporate report”) pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang Astatment of acaunting principles (sanders,hatfield and moore) merupakan dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general sceintific.

c. Normatife period (1956-1970)

Dalam periode ini perumusan akuntansi mencoba merumuskan norma norma ataua praktek akuntansi yang baik. Kalau dalam peride ini bagaimana seharusnya dilakukan what should be pada periode ini muncul kritik terhadap konsep historical cost dan pendukung adanya conceptual framework. Beberapa trbitang laporan pada era ini adalah an inquiry into the nature of accounting oleh godberg yang diterbitkan pada tahun 1965. AAA menerbitkan a statment of basic accounting teory.

d. Specific scientific tperiod (1970-sekarang)

Periode ini disebut juga positive era disini teori akuntansi tidak cukup hanya sifat normatif saja tetapi harus diuji kebenarannya. Norma dinilai subjektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif dikritik karena:

1) Teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa

2) Teori normatif didasarkan pada pertimbngan subjektif

4. Perumusan Teori Akuntansi

Dalam literature dikenal beberapa pendekatan dalam merumuskan teori akuntansi. Masing masing penulis memberikan metode yang diikutinya. Dalam makalh ini kita akan memakai penjelasan dari belkaoui tentang pendekatan dalam peruan teori akuntansi sebagi berikut:

a. Pendekatan informal yang dibagi dalam:

1) Pendekatan Non-teoritis,

Berupa pendekatan pragmatis dan pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis. Pendekatan otoriter dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.

2) Pendekatan otoriter

Dalam metode ini yang dirumuskjan teori akuntansi adalah organisai profesi yang mengeluarkan pernyataan pernyataan yang mengatur praktek akuntansi. Biasanya organisasi tetap memperhatikan aspek praktis dan pragmatis, sehingga pendekatan otoriter juga digolongkan sebagai pragmatis.

3) Pendekatan Teoritis
Deduktif
Pendekatan ini dimulai dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dari sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang bersifat umum (asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi spesifik (pertama, prinsip-prinsip akuntansi dan kedua teknik-teknikakuntansi).
Induktif
Pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan, gagasan, serta prinsip-prinsip akuntansi dan pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berulang. Argumentansi induktif dikatakan membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus (informasi yang menggambarkan hubungan berulang-ulang) ke suatu bentuk yang bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip akuntansi).
Etis
Bagian utama pendekatan etis terdiri dari konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice), keseimbangan (equity), dan kebenaran (truth). Justice sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, truth sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interpretasi, dan fairness sebagai penyajian yang wajar, tidak bisa, dan tidak memihak.

Sosiologis
Pendekatan ini menekankan pada akibat-akibat social yang ditimbulkan teknik-teknik akuntansi yang merupakan perluasan konsep kewajaran yang dinamakan social welfare (kesejahteraan social). Pendekatan ini mengasumsikan adanya nilai-nilai social yang mapan yang dapat digunakan sebagai criteria dalam penyusunanteoriakuntansi.
Ekonomis
Pendekatan ini menekankan pada pengendalian perilaku indicator-indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktek akuntansi. Criteria umum yang digunakan dalam pendekatan ekonomi makro adalah (1) kebijakan dan teknik akuntansi yang digunakan harus menyajikan realitas ekonomi dan (2) pemilihan teknik-teknik akuntansi harus bergantung pada konsekuensi ekonomik.

Ekletik
Pendekatan ini merupakan suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun organisasi pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam akuntansi.

http://uziek.blogspot.com/2009/03/pendekatan-tradisional-dalam-perumusan.html

Fena Desi Lastantri

NIM: 3301405047

D. Teori Akuntansi Normative

Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak.

Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada:

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.

Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan:

a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran

b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat

c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi

d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)

e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

E. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif berkembang seiring kbutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yiang diamati berdasarkan pada alas an-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1986).

PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori normative yang didasarkan pada prems bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau kemakmuran untuk kepentingan perusahaan , teroi positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa premis maksimisasi laba dalam konteks teori normatif tidak terbukti dan jauh dari bukti empiris.

Kritik utama mereka terhadap teori normative adalah teori tersebut didasarkan pada pertimbangan nilai (value judgment). Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa perumusan teori harus betul-betul bebas pertimbangan nilai dan menekankan pada kebutuhan akan penekatan baru.hal ini dapat dilihat dalam pernyataan mereka sebagai berikut :

Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksikan (to predict) praktek akuntansi……. Penjelasan berarti memberikan alas an-alasan terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori akntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansicost histories dan mengapa perusahaan tertentu mengubah taktik akuntansi mereka. Predisi terhadap praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.

Mereka juga menjelaskan bahwa “teori, sebagaimana yang kami ganbarkan menghasilkan preskripsi (resep) untuk praktek akuntansi tetapi berkaitan dengan penjelasan terhadap praktek akuntansi”.

Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usaha menguji atau menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata. Penelitina kauntansi positif difokuskan pada pengujian empiric terhadap asumsi-asumsi yag dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusu dapat dilakukan dengan cara mensurvey pendapatanpendapatan analisis keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham, dll).

Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti penting output akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif memiliki focus ekonomi dan berusaha menjawab pernyataan seperti :

– Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memeilih metode akuntansi sesuai dengan manfaat yang diperoleh?

– Apakah biaya regulasi da proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan manfaatnya?

– Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?

Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan asumsi sebagai berikut :

– Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha memaksimumkan kepuasan.

– Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.

– Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.

Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha menguji tiga hipotesis sebagai berikut :

– Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)

Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts dan Zimmerman, 1990)

– Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)

Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis (Watts dan Zimmerman, 1990).

– Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang mendasari hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam rangka menegakkan aturan hokum dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan demikian individu yang rasional cenderuang memiliki untuk tidak mengetahui informasi yang lengkap. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar cost informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk memiliki laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan Zimmerman, 1990).

Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga hubungan keagenan :

1) Manjemen dengan pemilik

2) Manajemen dengan kreditor

3) Manajemen dengan pemerintah

Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari bagi pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT telah memberikan konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :

– Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut.

– Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.

– Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

– Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.

– Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan terhadap praktek berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi terkait dalam kepuaan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak yang lain yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan ekonomi. Meskipun demikian, asumsi yang melandasi proyek penelitian positif tersebut banyak dikritik karena pendukung teori positif menggunakan penolakan alternative alias pemikiran yang lain. Artinya, yeori positif tidak bebas dari pertimbangan nilai atau implikasi preskriptif. Hal ini disebabkan pertimbangan nilai yang bersifat implicit seringkali melandasi atau mempengaruhi bentuk dan isi penelitian yang dilakukan. Peneliti tidak dapat menghindari unsur bias dalam semua penelitian yang dilakukan. Dengan demikian unsur bias, jelas menunjukkan perwujudan orientasi dari peneliti tersebut.

F. Hubungan Teori Akuntansi Normative dan Positif

Teori akuntansi berdasarkan tujuan perumusannya ada dua yaitu teori akuntansi normatif dan positif. Dalam penjelasan mengenai teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari adanya teori ekonomi positif.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat—what it is (Watts dan Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan dengan akutansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).

Jensen (1976) me-listing berbagai perbedaan dari pertanyaan riset normatif dan positif. Kalau normatif kebanyakan bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan, sedangkan kalau positif lebih hanya bertanya tentang apa, mengapa dan bagaimana. Yang kedua, kalau normatif lebih banya mendeskripsikan entitas akuntansi (Kohler, 1975). Sebaliknya untuk positif lebih banyak mendeskripsikan dan menjelaskan perilaku akuntan.

Pendekatan positif atau empirik berkaitan dengan usaha menguji/ menghubungkan kembali hipotesis /teori dengan pengalaman/ fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap menajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvei pendapat-pendapat analisis keuangan, manajer bank, atau akuntan terhadap tugas/kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli/ menjual saham dll).

Jansen (1976) menyatakan bahwa riset dalam akuntansi saat itu tidak saintifik, karena fokusnya hanya pada riset yang bersifat normatif dan definisional. Dalam terminologi teori, dikatakannya bahwa akuntansi lebih bermakna sebagai sesuatu yang bersifat normatif. Dan dia juga berkata bahwa teori akuntansi hanya bersifat menjawab pertanyaan tentang “apa yang seharusnya terjadi”. Dengan pengembangan positive accounting theory, akan lebih menjelaskan mengenai: “apa, mengapa akuntan mengerjakan sesuatu, apa pengaruhnya terhadap orang lain dan utilisasi sumberdaya. Tanpa positive theory, tidak ada satupun baik akademisi maupun praktisi yang bisa membuat langkah maju lebih signifikan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan normatif yang selama ini dipertanyakan (http://massatya.blog.com/2008/5/)

Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan.

SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Karena teori normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Hubungan teori akuntansi normative dan positif dapat ditunjukkan dengan skema berikut:

 

 

PENUTUP

Kesimpulan

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolahan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut. Sedangkan teori akuntansi merupakan susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan anatara variable dengan vriabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.

Periodisasi teori akuntansi dibagi menjadi pre theory period, general scientific period, normative period, dan specific scientific period.

Perumusan teori akuntansi dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan informasi dan pendekatan teoritis. Pendekatan informal dibagi dalam pendekatan non teoritis dan pendekatan otoriter, sedangkan pendekatan teoriti dibagi ke dalam pendekatan deduktif , induktif, etik, sosiologis, ekonomi, dan eklektif. Atas dasar tujuannya teori akuntansi diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu teori akuntansi normative yang memberikan resep terhadap teori praktek akuntansi, dan teori akuntansi positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksikan fenomena yang berkaitan dengan akuntansi.

Dalam teori akuntansi normative, isi akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti, tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini disebut juga normative accounting research atau normative theory of accounting, yang berguna dalam membahas isu “true income” dan “decision usefulness”.

Berbea dengan teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif dimulai dari suatu modal ilmiah, dan kemudian dirumuskan problem penelitian untuk mengamati fenomena yang nyata yang tidak ada dalam teori. Untuk selanjutnya dikembangkan teori untuk mrnjelaskan fenomena tersebut dan melakukan penelitian secara terstruktur dan peraturan yang standar dengan melakukan perumusan masalah, penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistic ilmiah, sehingga diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak.

Diposkan oleh Accounting di 05:51

0 komentar:

TEORI AKUNTANSI NORMATIF DAN POSITIF

Akuntansi merupakan dapat dipandang sebagai prakek dan teori, hal ini pada akhirnya pada akhirnya dapat bermanfaat pada berbagai bidang karena laporan keuangan digunakan sebagai pengambil keputusan.Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara merupakan suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan sosial tertentu.
Praktik akuntansi tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti faktor sosial, ekonomi, politis, dsb. dan hal itu menyebabkan praktik akuntansi dalam suatu wilayah negara tertentu bisa tidak sama dengan praktik akuntansi di negara lainnya untuk melaksanakan suatu praktek yangbaik, tidak tidak cukup hanya mempelajari akuntansi secara praktik saja. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan, dsb, yang semuanya terangkum dalam teori akuntansi.
Teori akuntansi sendiri merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengapa praktik akuntansi berjalan seperti yang ada sekarang. Pada awal prakteknya bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Oleh karena itu, selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal maka yang terjadi adalah banyaknya alternatif metode pencatan yang berlaku dalam praktiknya, semua di izinkan sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Vernon kam mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut yakni menjadi pegangan bagi lembaga penyusunan standart akuntansi dalam menyusun standartnya, memberi kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidaknya standar resmi, menentukan dalam hal melakukan judget dalam penyusunan laporan keungan, meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan keuangan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan, meningkatkan kualitas yang dapat di bandingkan
Teori merupakan kristalisasi dari fenomena empiris yang terjadi yang di gambarkan dalam bentuk dlil-dalil dan di sajikan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang berlaku secara umum. Teori akuntansi dapat bermanfaat apabila rumusan teori itu dapat dijadikan sebagai alat untuk meramaklkan apa yang diharapkan mungkin terjadi dimasa yang akan datang. teori akuntansi dapat memberikan penjelasan mengenai praktik akuntansi, menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatarbelakangi penerapan suatu metode dalam praktik akuntansi.
Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang beradasarkan metode ilmiah atau logika. teori terdiri dari dua bagian :pertama, Asumsi-asumsi klasik termasuk definisi variabel-variabelnya dan logika yang menghubungkan antara variabel tersebut. yang kedua, Himpunan hipotesis- hipotesis yang penting. sedangkan hipotesis merupakan anggapan awal dari fenomena atau masalah yang akan di analisis. tujuan dari teori akuntansi adalahmenjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi. Teori akuntansi adalah konsep, definisi,dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antarvariabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang akan muncul.
Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat:Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktik akuntansi dinilai, Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan ekonomi, sosial teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat. Chamberr (1994) dan golberg(1984) berpendapat bahwa akuntansi dikembangkan dari model spesifik bukannya dikembangkan secara sitematik dari teori yang terstruktur. Oleh karena itu preskripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah khusus. secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru danmembantu proses pemilihan akuntansi
Tidak ada teori akuntansi yang lengkap pada setiap,kurun waktu menurut belkoi, Oleh karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua literatur akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain. Teori akuntansi merupakan instrument yang sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan untuk disajikan kepada para pemakainya.
Godfrey dkk(1992) membuat periodisasi akuntansi sebagai berikut :
•    Pry-teory(1942-1800)
•    General scientific period(1800-1955)
•    Normatife period (1956-1970)
•    Specific scientific period ( 1970- sekarang)
Dalam literatur dikenal beberapa pendekatan dalam merumuskan teori akuntansi, pendekatan dalam peranan teori akuntansi menurut belkoui sebagai berikut :
Pendekatan informal
•    pendekatan informal di bagi dalam pendekatan non-teoritis
Pendekatan non teoritis berupa pendekatan pragmatis dan pendekatan otoriter, pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya yang bermanffat untuk memberi saran solusi praktis, sedangkan pendekatan otoriter dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi terdiri dri penyajian sejumlah praktik-praktik akuntansi
•    Pendekatan otoriter
Dalam metode ini yang dirumuskan teori akuntansi adalah organisasi profesi yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek akuntansi.
•    Pendekatan teoritis.
Pendekatan teoritis meliputi deduktif, induktif,etis,sosiologis, ekonomis dan elektik
Teori Akuntansi Normatif
Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa saja yang harus dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya di dasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut nelson (1973) teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hasil hipotesis tersebut.
Perumusan akuntansi normative mencapai keemasan pada tahun 1950 dan 1960an. pada periodetersebut teori normative lebih berkosentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya.dan pengambilan keputusan
Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati didalam masyarakat. dengn kata lain positif accounting theory (PAT) dimaksudkan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak atau hubungan keagenan antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah.
PAT lebih deskriptif bukan prespektif, tidak seperti teori normative yang didasarkan pada perms bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau kemakmuran untuk kepentingan perusahaan, tetapi teori positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu bertindak atas dasar motivasi pribadi (Self seeking motives) dan berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan terhadap praktek yang berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi terkait dalam kepuasan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak lain yang berperan dalam pasar modal dan ekonomi.
Hubungan Teori Akuntansi Positif dan Normatif
Teori akuntansi berdasarkan tujuan perumusannya ada dua yaitu teori akuntansi normatif dan positif. dalam penjelasan mengenai akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari adanya teori ekonomi normatif. teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi normative. Teori berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik-praktik akuntansi yang ada dimasyarakat what it is ( Watts dan Zimmerman).
Pendekatan positif atau empirik berkaitan dengan usaha menguji/ menghubungkan kembali hipotesis/ teori dengan pengalaman/ fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik terhadap asumsi-asumsi yang di buat oleh teori akunansi normative. Misalnya menggunakan kuisoner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvey pendapat-pendapat analisis keuangan, manajer bank, aatau akuntan terhadap tugas/kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebrangkutan,keputusan membeli/ menjual saham dll). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuyk menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Karena pada dasarnya teori normatiof merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan, oleh sebab itu dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang dikenal dengan teori akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Artis Korea Yang Beragama Islam

Nama artis korea yang beragama Islam, Hai para fans artis korea, Pada jumpa ini admin korean blog akan memberikan sebuah informasi yang mungkin banyak sekali para penggemar korean artist ingin tahu. Yaitu beberapa daftar nama artis korea beragama ISLAM. Baik selengkapnya silakan baca berikut ini Biodata artis korea beragama Islam:

Artis Korea Yang Beragama Islam

Nama Lengkap:  Lee Ki Woo (Lee Gi Wu)
Pekerjaan:  Actor
Tanggal Lahir: 1981-Oct-23
KOta Kelahiran  South Korea
Tinggi badan: 189cm
Berat badan: 78kg
Zodiak: Scorpio
Golongan darah: AB

Lee Ki Woo Artis Korea Agama Islam

Daftar film yang pernah di bintangi oleh Lee Gi Wu:

* Sin of a Family | Woori Yiwootwei Bumjoe (2011) – Detective Lee
* Wedding Dress | Wedingdeureseu (2010)
* Lost and Found (2008)
* Crazy Waiting | The Longest 24 Months (2008)
* Someone Behind You (2007)
* Shim’s Family (2007)
* Woman on the Beach (2006) – Beach resort caretaker
* Lost in Love (2006) – Sang-shik
* Sad Movie (2005) – Sang-gyu
* Tale of Cinema (2005) – Jeon Sang-won
* He Was Cool (2004) – Kim Han-seong
* Windstruck (2004) – Prince
* Spin Kick (2004) – Seok-bong
* Classic (2003) – Tae-su

Jika dilihat dari biodata salah satu artis korea beragama ISLAM diatas, Lee Ki Woo bisa dikatakan sangat tinggi sekali badannya untuk ukuran asia bukan? Sebab tinggi badannya adalah 189 cm. Wow, bisa gak kalian membayangkan kalau jalan ama doi, bisa2 kita hanya bisa merangkul pinggangnya saja….. :)

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar