tren akuntansi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Akuntansi sebagai ilmu terus beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi dimna ia berada, sehingga perkembangan sosial ekonomi juga mempengaruhi perkembangan ilmu ekonomi itu sendiri. Teori akuntansi merupakan guidance yang mengarahkan perkembangan itu sendiri sehingga tetap berada dalam kerangka teoritis yang sudah disepakati. Kejadian itupun dengan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan seperti yang digambarkan oleh Kuhn maupun popper bisa saja muncul perkembangan yang sama sekali keluar dari kerangka teori yang sudah menjadi konvensi.

Dalam permasahalan ini kami membahas beberapa tren dalam akuntansi yang merupakan arah yang kemungkinan akan dituju oleh ilmu akuntansi atau bisa tidak sampai mencapainya. Namanya tren hanya menunjukkan kecenderungan yang dilihat saat ini. Kenyataannya akan terbukti kemudian. Tugas akademis dan profesional adalah untuk bermimpi,melihat, menganalisis  dan ikut mengembangkan tren itu sehingga menjadi konvensi dan menambah manfaat ilmu itu membantu masyarakat secara luas.

Riset akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran dibidang akuntansi. Hasil riset ini merupakan penyambung antara fenomena sosial dibidang akuntansi dengan sturuktur teori akuntansi. Fenomena sosial itu dituangkan dalam berbagari bentuk “statment ilmiah” sehingga menjadi teori. Teori ini bisa manjelaskan tentang kebenaran yang sudah ada (deskriptif), mendukung teori yang ada (justifikasi), mengingkari kebenaran yang sudah lama (refute), atau ingin memanggung teori baru. Usaha-usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan disiplin akuntansi ini sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Pada awalnya, proses mencari kebenaran itu dimulai dari cara dogmatis dimana kebenaran itu berasal dari orang atau pihak atau lembaga yang diberi dan diyakini memiliki otoritas menetapkan kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan menggunakan cara normatif dengan menggunakan logika ilmiah, pemikiran sehat. Kemudian berkembang dan kemudian menggunakan metode empiris dengan titik berat melihat kenyataan yang ada dilapangan (fenomena sosial). Didalam sistem yang terakhir inilah yang menjadi ajang dari penelitian ilmiah. Sudah merupakan suatu kesepakatan masyarakat akademisi bahwa proses penelitian ini harus mengikuti aturan-aturan atau konvensi yang diikuti  oleh semua pihak sehingga kualitas hasil penelitian itu terjamin. Perkembangan ilmu akuntansi yang demikian cepat akhir-akhir ini didasarkan pada proses penelitian ini. Berbagai teori muncul, teori lama di-refute, dan teori baru dibangun.

Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan untuk menjadi dasar dalam memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu juga dengan kemajuan dalam teknologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi yang tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah tujuan akhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tren Akuntansi

Adolf J.H. Enthoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No. 5 dengan judul Mega Accountancy Trends, berdasarkan  Mega Trend 2000-nya Naisbitt dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut :

  1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
  2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
  3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan.

Kualitas relevan sudah menjadi ciri akuntansi, namun sampai saat ini kualitas ini belum dapat dinilai tercapai.

Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut.

 

  1. Penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi.
  2. Struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya.
  3. Persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya.
  4. Praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

Trend itu yang dibuat Ethoven ini beranjak dari megatrend-nya naisbitt yaitu :

  1. Dunia akan bergerak dari ekonomi nasional ke ekonomi global.
  2. Dasar pemikiran orang akan beralih dari skup jangka pendek ke skup jangka panjang.
  3. Ciri masyarakat kita akan beralih dari masyarakat industry ke masyarakat informasi.
  4. Struktur organisasi akn berubah dari yang bersifat hierarki dengan inti kekuasaan ke struktur organisasi yang bersifat jaringan atau net-working, kekuasaan sudah tidak dikedepankan lagi.
  5. Pilihan semakin banyak sehingga masyarakat beralih dari dua pilihan ke pilihan banyak.
  6. Pertumbuhan ekonomi akan beralih dari dunia bagian utara ke bagian selatan.
  7. Keterlibatan politik masyarakat akan beralih dari demokrasi perwakilan ke democrasi partiisipasi.
  8. Dari bantuan institusi ke mandiri 
  9. Kemajuan teknologi akan beralih dari teknologi keras ke teknologi lunak.
  10. Kekuasaan akan beralih dari sebtralisasi ke desentralisasi.

 

Kesepuluh shift inilah yang dijadikan dasar oleh Enthoven untuk memprediksi pengaruh tren itu ke dalam profesi dan bidang ilmu akuntansi.

2.2. Akuntansi Perilaku (Aspek Perilaku dalam Akuntansi)

Para akuntan keperilakuan memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara perilaku dan system akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku, yang pada gilirannya secara bersama-sama akan menentukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi.

Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka melakukan pekerjaan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisasi.

Pengenalan hubungan tibal balik antara alat akuntansi dan perilaku telah memunculkan modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi terbaru dalam lingkungan professional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuannya.  Berikut adalah prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) :

  1. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

 

 

  1. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

 

  1. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

 

  1. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

 

  1. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

 

  1. Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

 

  1. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

  1. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

2.3. Beberapa Topik Baru dalam Akuntansi

Perkembangan terakhir yang masih terus menjadi bahan riset dan pengembangan bidang akuntansi yang menjadi tren di antaranya adalah:

 

  1. Akuntansi internasional atau akuntansi global;

Menurut Weirich dkk.,(Belkaoui, 1985) dalam Harahap (2005) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai berikut: Mencangkup semua perbedaan prinsip, metode, dan standar akuntansi semua Negara, Termasuk didalamnya prinsip akuntansi (GAAP) yang ditetapkan ditiap Negara. Setiap akuntan harus menguasai semua prinsip disemua Negara jika mempelajari akuntansi internasional. Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip yang berlaku umum sedunia. Perbedaan ini diakui karena ada perbedaan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan hukum. 

 

  1. Akuntansi Islam;

Dalam al-quran surat al-al baqarah ayat 282 merupakan ayat banyak menjelaskan tentang akuntansi, dan menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar  juz 3 tentang surat al-baqarah ayat 282 ini mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan akuntansi sebagai berikut :

 

Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu, tidak lah layak berbaik hati kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah. Si Anu mati dalam berhutang, menagih pada warisnya yang tinggal. Siwaris bisa mengingkari hutang itu karena tidak ada surat perjanjian. 

 

  1. Akuntansi Sumber Daya Manusia;

Belkaoui (1995) mendefinisikan akuntansi SDM sebagai suatu proses mengidentifikasi, mengukur data tentang SDM dan mengkomunikasikan informasi ini kepada pihak lain yang berkepentingan.

4.  Triple entry accounting system;

Kalau dahulu kita mengenal single entry, double entry maka sekarang kita mengenal triple entry. Dalam system ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Triple entry memiliki force account yang mencatat beberapa factor antara lain perubahan harga, perubahan jumlah, atau perubahan volume terhadap arus hasil dan biaya.

Model ini sebenarnya merupakan upaya untuk menambah informasi kepada pembaca khususnya pihak manajemen dan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.

  1. Employee Reporting;

Employee reporting merupakan bentuk laporan keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau serikat pekerja. Employee reporting sangat berkembang d USA dan Eropa pada khususnya. Bahkan telah diterapkan di beberapa Negara seperti anggota Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) seperti USA, Canada, Jerman, Perancis, Denmark, Norwegia, Swedia, dan United Kingdom (Belkaoui, 1995).

Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy dalam belkaoui, 1985):

1. Tekanan semakin besar akan perlunya full disclosure;

2. Praktik dan masalah yang berkaitan dengan hubungan perburuhan;

3. Munculnya perdebatan tentang demokratisasi perusahaan;

4. Perkembangan di Negara lain akan perlunya informasi dimaksud.

 

Beberapa informasi pennting yang diminta dilaporkan dalam employee reporting ini adalah:

 

  1. Jumlah pegawai.
  2. Lokasi tempat bekerja.
  3. Umur karyawan.
  4. Jam kerja.
  5. Biaya tebaga kerja.
  6. Program pension.
  7. Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua.
  8. Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path.
  9. Pengakuan terhadap serikat pekerja.
  10. Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa, kelamin.
  11. Dan sebagainya.

 

  1. Value Added Reporting

Value Added Reporting (VAR) atau Laporan Pertambahan Nilai adalah modifikasi dari Laporan Laba Rugi sehingga pada dasarnya dapat disusun dengan menggunakan laporan laba rugi ini. Langkah yang di ikuti dalam menyusun laporan pertambahan nilai dari laporan laba rugi adalah (Belkaoui, 2011):

Langkah 1:

Disini dihitung Laba Ditahan yang didapat dari Hasil Penjualan dikurangi Biaya, Pajak, Dividen, atau: Penerimaan Penjualan                              Rp ……….

Dikurangi:Pembelian Barang dan Jasa                                         Rp ……….

Penyusutan                                                                                   Rp ……….

Biaya karyawan                                                                           Rp ……….

Biaya Bunga                                                                                Rp ……….

Dividen                                                                                        Rp ……….

Pajak                                                                                            Rp ……….

Total Pengurangan                                                                       Rp ………

Laba Ditahan                                                                              Rp ……….

Langkah 2:

Laporan Pertambahan Nilai ini dapat dosusun dari data di atas dengan format sebagai berikut:

Penerimaan Penjualan                                                                  Rp ……….

Dikurangi: Pembelian Barang dan jasa                                        Rp ……….

Pertambahan Nilai Kotor                                                             Rp ……….

Pertambahan Nilai ini dirinci sbb:

Penyusutan                                                                                   Rp ……….

Biaya karyawan                                                                           Rp ………

Biaya bunga                                                                                 Rp ……….

Dividen                                                                                        Rp ……….

Pajak                                                                                            Rp ……….

Total Pertambahan nilai                                                               Rp ……….

Beberapa kegunaan dari Value Added Reporting ini dapat disebut sebagai berikut:

  1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang absah sebagai dasar perhitungan reward.
  2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk memgetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).
  3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi danekonomi dengan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapan nasional.

 

Namun, di samping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan nilai ini, yaitu sebagai berikut:

 

  1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerja sama dengan yang lain.
  2. Ada kemungkinan dengan adnya laporan pertambahan niali ini manajemen salah tanggep seolah ingin memaksimasi pertmabhan niali.
  3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat.

 

7. Akuntansi Perilaku;

Dalam akuntansi perilaku ini yang menjadi sorotan adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya. Juga melihat bagaimana reaksi manusia terhadap informasi yang akuntansi yang diberikan. Dampak perilaku dari system budget terhadap prilaku, dampak system responsibility accounting terhadap oerilaku, dampak system desentralisasi ataupun sentralisasi pengambilan keputusan terhadap perilaku, dimensi perilaku dalam system pengawasan internal, beberapa pola perilaku auditor, aspek perilaku dalam proses pengambulan keputusan, factor perilaku dalam kebutuhan pengungkapan, aspek perilaku dalam akuntansi sumber daya manusia, dan sebagainya.

Lebih simple Siegel, Ramanauskas, dan Marconi (1989) dalam Harahap (2008) membaginya atas tiga bagian besar berikut ini:

  1. Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, kontruksi, dan penggunaan system akuntansi.
  2. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia.
  3. Metode untuk meramalkan dan strategi untuk mengubah perilaku manusia.

 

 

 

8. Multi Diciplines Paradigm;

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigm baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Fenomena ini juga melanda akuntansi.

Mulanya ilmu yang dikenal manusia adalah ilmu filsafat. Menurut Al-Farabi, ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya (Anshari, 1991). H.Endang Saifuddin Anshari (1991) mengungkapkan ilmu itu kemudian berkembang menjadi tiga bidang:

  1. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural science):

1)      Biology

2)      Antropologi fisik

3)      Kedokteran

4)      Farmasi

5)      Pertanian

6)      Ilmu Pasti

7)      Ilmu Alam

8)      Teknik

9)      Geologi, dan lain-lain.

 

  1. Ilmu Sosial (Social Science):

1)      Ilmu Hukum

2)      Ekonomi

3)      Jiwa Sosial

4)      Bumi Sosial

5)      Sociology

6)      Antropologi Sosial Budaya

7)      Sejarah

8)      Politik

9)      Pendidikan

10)  Publisistik dan Jurnalistik

11)  Dan lain-lain.

 

  1. Humaniora (Humanities Science):

1)      Ilmu Agama

2)      Ilmu Filsafat

3)      Ilmu bahasa

4)      Ilmu seni

5)      Ilmu Jiwa (psikologi)

 

9. Akuntansi dan Pembangunan Berkelanjutan;

Dilaksanakannya “Earth Summit” mangingatkan kita pada isu yang sama di ajukan oleh Club of Rome tahun 1975 yang lalu yaitu Konsep Limit to Growth atau sering juga disebut Zero Growth. Club para ahli nomor wahid ini menganggap bahwa kerusakan bumi timbul dari kombinasi dari berbagai factor yang harus direm perkembangannya seperti perkemabangan penduduk, investasi, kkonsumsi sumber alam, industry, ketidakadilan distribusi pendapatan, pertanian, kehutanan. Club ini ingin menyelamaykan masa depan umat manusia dengan mengingatkan kita perlunya keharmonisan pengelolaan ekosistem yang bersifat global dan dependen. Subbab ini ingin mencoba menjelaskan perlunya alat ukur untuk memudahkan para pengambil keputusan dalam memanaje masalah pembangunan, lingkungan, dan aspek social ekonominya.

Untuk mengelola setiap suatu masalah perlu keputusan-keputusan. Keputusan yang baik hanya dapat lahir dari analisis terhadap keadaan yang valid, factual, dan relevan. Keadaan yang factual, valid, dan relevan dapat disupply oleh akuntansi. Dalam akuntansi disiplin yang mensupply ini disebut environment accounting. Disiplin ini secara, teori-teorinya belum sepenuhnya disepakati oleh sebagian besar para ahli akuntansi dan organisasi profesi. Bidang ini sampai saat ini masih terus menjadi ladang penelitian para ahli dan secara parsial, ada yang sudah diwajibkan dan ada yang masih dalam taraf dianjurkan penyajiannya dalam laporan keuangan.

 

Perlunya Akuntansi Lingkungan

Lingkungan keperluan akan akuntansi lingkungan ini sebenarnya sudah jelas. Konsep yang menganggap bahwa perusahaan sebagai wadah hukum yang melakukan eksploitasi dalam suatu wilayah dan Negara dan mendapatkan keuntungan dari kekayaan alam wilayah itu, mestinya juga menjadi penduduk yang baik, yang melindungi alamnya dan juga makhluk pengisinya. Filosofi ini jelas dan rasional. Sebuah industry sebenarnya hidup dari lingkungan. Ya factor alam, tenaga kerja, makhluk lainnya yang mendiami bumi. Adalah etis seandainya perusahaan itu juga yang tergantung dengan makhluk lain sebagai penduduk bumi ikut bertanggung jawab melindungi bumi dari setiap kerusakan lingkungan yang kalau tidak dijaga akhirnya akan merusak dia sendiri sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan.

10. Efficient Market Hypothesis (EMH);

Dalam akuntansi dikenal teori atau hipotesis EMH (Efficient Market Hypothesis). Teori EMH ini menyatakan bahwa “Pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham.” Dalam bahasa penelitian bidang penelitian yang menyangkut soal ini adalah positive accounting teory. Dalam teori ini yang dibahas bukan bagaimana mencatat transaksi, tetapi menyangkut:

1)      Melihat hubungan antara pengumuman informasi akuntansi kepada public dan reaksi pasar terhadap informasi itu yang dilihat dari indicator harga saham di bursa;

2)      Melihat pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga pasar.

Fama (1969) dalam Harahap (2008) menyatakan bahwa beberapa syarat untuk menciptakan pasar yang efisien adalah sebagai berikut:

  1. Tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan saham.
  2. Semua informasi tersedia secara Cuma-Cuma bagi semua peserta pasar.
  3. Semua sepakat terhadap implikasi informasi saat ini terhadap harga sekarang dan distribusi harga masa yang akan dating dari tiap saham.

Menurut Fama informasi ada tiga set informasi:

a)      Gerakan harga saham masa lalu;

b)      Informasi yang tersedia bagi public;

c)      Seluruh informasi baik uang tersedia bagi public maupun milik perusahaan.

Ketiga set informasi di atas dapat memengaruhi harga saham sebagai berikut:

a)      Bentuk lemah (weak form) dari sham efisien.

Di sini harga pasar saham pada periode tertentu secara penuh merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari harga harga saham masa lalu. Di sini tidak ada strategi dagang berdasarkan siklus harga, pola harga atau peraturan lainnya.

 

b)      Bentuk semi kuat (semistrong)

Di mana harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada public termasuk harga saham masa lalu. Di sini juga tidak ada strategi dagang yang dipakai dalam perdagangan saham.

 

c)      Bentuk kuat (strong form)

            Di mana harga saham merupakan gambaran dari seluruh yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk public dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi nlainnya.

 

           Dari ketiga bentuk ini maka bentuk semistrong-lah yang paling relevan dengan akuntansi karena dasar informasinya adalah informasi yang tersedia bagi public.

Dalam EMH sering digunakan Capital Assets Princing Model (CAPM). Yang dimaksud dengn model CAMP ini adalah suatu model yang menaksir laba yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakkab dari saham biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan. Bentuk semistrong juga dipakai dalam model ini.

 

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

 

Bahwasannya trend akuntansi itu berdasarkan Mega Trend 2000-nya Naisbitt dalam Harahap (2008), ia mereflesikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan-persoalan seperti Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas,perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya,perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang relevan.

Kemudian untuk mengantisipasi tren tersebut di atas maka Ethoven menganjurkan penyempurnaan insfrastruktur akuntansi agar bisa memenuhi tuntutan tren tersebut yaitu dengan cara penyempurnaan system pendidikan, pelatihan, dan riset dalam bidang akuntansi, struktur dan persyaratan sosio ekonomi dan budaya, persyaratan legal, status, dan persyaratan lainnya, praktek profesi dan kelembagaan akuntansi.

 

Dalam hal ini kami juga membahas tentang akuntansi keperilakuan yang mana dalam makalah kami kami menekankan pada beberapa prinsip etika  profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, standar teknis.

 

 

 

 

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar